Lihat ke Halaman Asli

Toto Sukisno

Berlatih Berbagi Sambil Tertatih, Menulis Agar Membaca, Membaca Untuk Memahami

Pah, Boleh "Keluar" Tapi "di Dalam"?

Diperbarui: 24 April 2020   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: popbela.com

Tulisan ini merupakan sekelumit kisah di tengah pandemi covid-19 yang masih mewabah.

Pandemi Covid-19 ini telah menjungkirbalikkan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat dunia, tidak terkecuali  Indonesia tercinta. Sikap kekhawatiran dan kewasapadaan menjadi dua hal yang seakan sulit untuk dibedakan.

Rasa hormat antara anak dan orang tua yang terbiasa diwujudkan dengan silaturakhim tatap muka, bersalaman dan sebagainya menjadi musnah seketika akibat corona (covid-19).

Berjabat tangan dengan teman saat bertemu di jalan pun menjadi hilang yang sebelumnya menjadi kebiasaan baik guna menambah keakraban dan kehangatan iklim persaudaraan.

Kerumunan fisik yang biasanya banyak dijumpai baik di perkantoran, tempat parkir, jalan, lapangan dan tempat destinasi lainnya menjadi sepi dan berpindah ke tempat kerumunan dunia maya.

Dulu, sebelum pandemi Covid-19 ini, banyak orang membuat kesepakatan bertemu secara fisik yang dirembug lewat dunia maya, tapi sekarang banyak orang menghindari bahkan menolak untuk bertemu secara fisik.

Bagi seorang Ayah (kepala keluarga), beraktifitas di luar rumah sudah menjadi sebuah keharusan guna menjemput rezeki agar kebutuhan materi di lingkungan keluarga dapat terpenuhi. Meskipun sekarang sudah muncul beberapa profesi yang dapat dikerjakan dari rumah seperti web designer, animator, dan profesi lainnya yang bekerja di belakang layar komputer, tetapi bukan berarti profesi ini tidak membutuhkan aktifitas di luar rumah.

Seorang kawan yang memiliki profesi sampingan selain sebagai seorang pendidik menuntut dia harus keluar dari rumah guna menyelesaiakan pekerjaannya.

Pekerjaan seorang pendidik saat Covid-19 dapat terselesaikan dengan adanya pembelajaran daring, tapi untuk pekerjaan sampingannya ini beliau termasuk dalam kategori garda depan yang suatu saat harus ke lapangan guna melihat situasi dan kondisi secara langsung.

Suatu waktu, sang kawan selepas pulang mengunjungi pekerjaan di lapangan, tiba-tiba merasakan tenggorokannya tidak nyaman, suhu badan agak naik dan kondisi badan yang agak meriang. Rasa khawatir pun mulai menghinggapi perasaan kawan saya, meski belum berani menyampaikannya ke istri dengan pertimbangan khawatir akan menimbulkan kepanikan.

Selang beberapa jam, karena kondisi tak kunjung berubah kawan saya memberanikan diri menyampaikan ke sang istri. "Mah, temani aku ke rumah sakit ya", bisik kawan saya ke istrinya. Sang istri pun terkejut, "loh siapa yang sakit pah", kata sang istri penuh khawatir. "Papah tenggorokannya agak serak dan badan agak kurang enak", jelas kawan saya dengan suara lirih.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline