Lihat ke Halaman Asli

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UAJY Mengadakan Kuliah Online Bertajuk “TV Digital

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

 

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) pada hari selasa 26 mei 2015, mengadakan kuliah online yang diselenggarakan beberapa dosen seperti Yohanes Widodod dan Luckas Deni terkait mata kuliah yang diampu. Salah satunya adalah mata kuliah jurnalisme online yang diampu Yohanes Widodo atau yang akrab dipanggil dengan Mas Boi.

Kuliah online ini diadakan di auditorium kampus 4 FISIP UAJY dengan peserta yang hadir kurang lebih 50 orang mahasiswa. Acara dimulai dengan sambutan dari penyelenggara yakni Mas Boi yang seklaigus memperkenalkan narasumber yang hadir melalui video call (skype). Narasumber adalah seorang direktur salah satu program VOA (Voice Of America) yang bernama Naratama yang memberikan kuliah secara online langsung.

Sedikit banyak ia menjelaskan terkait program pertelevisian baik yang ada di Indonesia maupun di Amerika. Misalnya saja beliau menjelaskan bahwa penonton televise sekarang sudah banyak yang berpindah ke ranah digital (gadget). Sehingga rating untuk televisi sekitar 5-10 tahun mendatang kemungkinan akan turun drastis bahkan hilang. Di Indonesia sudah mulai ada TV digital yaitu “NET TV”, namun jangkaunanya belum dikatakan TV nasional.

Yang perlu dicatat menurut Naratama bahwa hal yang paling terpenting dalam membuat program adalah “konten”. Walaupun sudah beralih ke ranah digital, konten tetap dibutuhkan untuk mengemas berita atau acara tersebut. Ada 3 hal  menurut Naratama dalam konten pertama, apa yang orang lakukana untuk melihat? kedua, apa yang ingin orang lihat? ketiga, apa yang orang butuhkan untuk dilihat?.

Maka dari itu, esensi dasar dari program tersebut sudah kabur, padahal pembuat acara televisi seyogyanya harus merperhatikan kebutuhan publik, bukan malah memaksakan kehendak production house. Beliau juga menjelaskan bahwa “reality show is dying”, hal ini dikarenakan bahwa anak muda tidak lagi melihat program acara dengan struktur yang panjang, tetapi langsung to the point ke isinya.

Di sela-sela acara juga, ada beberapa mahasiswa yang bertanya dan dijawab langung oleh Pak Naratama terkait dengan regulasi di Amerika dan Indonesia tentang penyiaran telvisi. Tak ketinggalan beberapa dosen pun melontarkan beberapa pertanyaan terkait independensi dan masukan untuk mahasiswa agar menjadi broadcaster yang handal di masa mendatang. Dalam diskusinya, pak Naratama pun menjelaskan bahwa saat ini sangat penting untuk membangun TV komunitas ataupun lokal sebagai resistensi untuk mendapatkan berita atau program yang valid di tengah gempuran media.

Hal ini dikarenakan maraknya pemilik media (TV) di Indonesia yang yang syarat dengan kepentingan politiknya, bukan kepentingan publik. Dan di akhir acara, Pak Naratama menyampaikan pesan bahwa ke depan jurnalis atau broadcaster harus memiliki multitalenta, karena tantangannya lebih berbeda dan harus mampu menguasai foto, editing, digital dsb.

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline