Lihat ke Halaman Asli

Kunjungan Program Studi Sosiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta ke Redaksi Suara Merdeka

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Program Studi Sosiologi Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) melakukan kunjungan dalam agenda Studi Perspektif ke redaksi Suara Merdeka di Semarang. Jumlah peserta yang terlibat yakni 45 mahasiswa dan 5 dosen sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Tujuan dari pada  kunjungan tersebut adalah untuk mengenal langsung ranah praksis dari teori yang didapat dari perkuliahan terkait konsentrasi studi sosiologi bisnis dan media. Mahasiswa dan dosen melakukan diskusi tanya jawab seputar sejarah dan perjalanan Suara Merdeka yang dipimpin oleh Eko selaku sekretaris di bagian redaksi Suara Merdeka.

Perjalanan Suara Merdeka dari tahun 50 sampai tahun ini, jadi Suara Merdeka tahun ini sudah berusia 65 tahun, maunya seribu tahun. Kita punya banyak anak perusahaan  ada Wawasan, Koran Pagi juga yang dulu Koran Sore, kemudian ada Tabloid Kelurga Cempaka, ada tabloid khusus penggemar otomotif dulu namanya Auto speed, kemudian  dua tahun lalu diganti nama menjadi Ototrack. Kalau ototrack ini peredarannya se Jawa-Bali. Kalau Suara Merdeka penerbitannya setiap hari dengan 150.000eksemplar, itu peredaraanya hanya khusus Jawa Tengah dan DIY dengan 150.000 eksemplar”.

Di tengah perkembangan jaman, Suara Merdeka menurut Eko ketika berdiskusi di dalam ruang sidang redaksi, bukan hanya bergelut pada media cetak saja seperti tabloid dan Koran, tetapi juga sudah merambah ke ranah digital atau yang sering dikenal dengan media online. Hal ini juga sebagai tantangan perusahaan untuk mengikuti para pembaca yang saat ini sudah sebagian besar hijrah menggunakan tekhnologi digital.

Suara Merdeka Online ini Koran online pertama di Indonesia tahun 1996 pertama terbit, kalau majalah online pertama adalah Tempo. Setelah Suara Merdeka kemudian diikuti oleh Kompas dan koran-koran lainnya.

Kemudian Eko juga menjelaskan terkait sejarah pendiri dari Suara Merdeka tersebut mulai dari awal perintisan sampai perkembangannya saat ini. Perjalanan Suara Merdeka tidak lepas dari sang pendiri yakni Pak Hetami yang hanya bermodal mesin ketik. Kini mesin ketik itu di pajang di ruang sidang redaksi dan seringkali dipinjam oleh dewan pers dan museum untuk pameran.

Selain media cetak dan online, kini Suara Merdeka dengan anak perusahaannya melakukan terobosan dengan mengembangkan ke dunia broadcasting seperti televisi yang bernama “TVku”  bekerjasama dengan kampus Undinus (Universitas Dian Nuswantoro) Semarang. Selain itu juga, Suara Merdeka memiliki radio seperti Tracx FM yang segmen pendengarnya adalah eksekutif muda, dan Suara Sakti (SS FM) yang pendengarnya rata-rata kalangan muda seperti anak SMA dan mahasiswa.

Sejauh ini, Suara Merdeka adalah Koran regional yang masih unggul dan konsisten dibanding dengan Koran-koran lainnya yang ada di Jawa dengan pembaca terbanyak. Kompetitor yang serupa dengan Suara Merdeka seperti KR Jogja, Tribun Jogja, Tribun Jabar dan Pikiran Rakyat di Jawa Barat, tutur Eko pada tanggal 12 mei 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline