[caption id="attachment_203161" align="aligncenter" width="706" caption="Puncak Gunung Merbabu menyembul dari balik awan."][/caption] Indonesia adalah negeri kepulauan yang tidak bisa terpisahkan oleh gunung berapi. Negeri dengan penduduk 245 juta jiwa ini hidup pada zona ujung barat sabuk api Pasifik yang sangat aktif. Hanya di Indonesia begitu ramai orang yang tinggal begitu dekat dengan begitu banyak gunung berapi aktif. Di Pulau Jawa sendiri, pulau yang memiliki gunung berapi terbanyak di Indonesia, 120 juta jiwa hidup dalam bayangan lebih dari 30 gunung berapi. Oleh karena begitu banyaknya dan begitu dekatnya, gunung berapi tidak hanya membentuk bentang alam Indonesia tetapi juga setiap sendi kehidupan bangsa ini. Tradisi dan budaya, religi, bekerja dan cara bercocoktanam, dan beribadah tidak terlepas dari pengaruh gunung berapi.
[caption id="attachment_203279" align="aligncenter" width="360" caption="Seorang petani melintas di jalan pedesaan di Desa Selo, Boyolali, Jawa Tengah."]
[/caption] Sumber alamnya yang berlimpah menjadi daya tarik setiap orang untuk memanfaatkan kekayaannya. Gunung berapi menarik banyak orang untuk bermukim dan berladang di sekeliling lereng-lerengnya. Kesuburan tanahnya menjadi faktor utama untuk dijadikan lahan pertanian dan perkebunan. Dipicu oleh pertambahan kebutuhan produksi pangan membuat semakin banyak lerengnya yang dahulunya hutan dikonversi menjadi lahan. Tak jarang konversi ini menyentuh batas-batas wilayah konservasi. Pembangunan yang berkelanjutan menjadi kata kunci agar kepentingan ini dapat berjalan secara seimbang. Selain itu gunung berapi juga menghasilkan sumber energi dan bahan mineral penting untuk pembangunan. Belerang, batu apung, pasir, dan batuan beku hasil erupsi gunung api yang terdapat di sekitarnya, merupakan material yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi. [caption id="attachment_203163" align="aligncenter" width="380" caption="Petani kentang melintasi kawasan Candi Arjuna di Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. Dibutuhkan kebijakan yang jelas agar terjadi keseimbangan di antara keberadaan lahan pertanian, kawasan cagar budaya dan konservasi, serta sumber energi panas bumi di sini."]
[/caption] Di kawah Ijen, Jawa Timur, potensi belerangnya dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya dengan bekerja sebagai penambang belerang tradisional. Pekerjaan yang berat dan berisiko tinggi tersebut telah menjadi rutinitas harian bagi ratusan pekerja demi mencukupi kebutuhan hidup keluarga mereka. Bermodalkan fisik yang kuat, setiap harinya mereka bolak-balik ke kawah untuk memikul sekitar 60-90 kg belerang setiap kali angkut. Sumber energi panas bumi merupakan salah satu sumber energi alternatif yang ramah lingkungan dan terbarukan yang potensinya cukup besar di negeri ini. Di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah, energi panas bumi yang dihasilkan telah dimanfaatkan dan dieksplorasi oleh Pertamina sejak tahun 1975. Saat ini Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Dieng telah memanfaatkan sekitar 175 km persegi lahan untuk menghasilkan energi listrik. Energi listrik ini disalurkan ke daerah-daerah sekitarnya. Disamping itu, tentunya kita juga mengenal Dieng sebagai daerah penghasil kentang. Pasca letusan hebat pada tahun 2010, Gunung Merapi telah memuntahkan ratusan juta ton material pasir yang mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Saat ini setiap hari, ratusan hingga ribuan truk hilir mudik mengangkut material tersebut di lokasi-lokasi penggalian yang tersebar di bantaran sungai-sungai di seputar Merapi. Letusannya yang terdahulu telah mengakibatkan ratusan korban jiwa tewas dan saat ini material erupsinya telah menghidupi dan memberikan pekerjaan bagi puluhan ribu jiwa. Diberkahi tanah yang subur, iklim dan cuaca yang baik, maka pada setiap musim kemarau kita dapat melihat lereng Gunung Sindoro dan Sumbing di Jawa Tengah dipenuhi oleh tanaman tembakau. Sepanjang mata memandang terhampar tanaman tembakau yang menghijau. Dalam hal ini kabupaten Temanggung telah memegang peranan penting menjadi salah satu daerah penghasil tembakau terbesar di Indonesia. Di Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, dengan alamnya yang elok, udara yang bersih, dan suasana yang tenang, telah menjadikannya sebagai daerah destinasi wisata yang selalu dipadati pengunjung pada masa liburan. Selain sebagai tempat tetirah, Tawangmangu yang terletak di sebelah barat lereng Gunung Lawu ini juga menjadi daerah penghasil sayur mayur yang cukup terkenal. [caption id="attachment_203164" align="aligncenter" width="340" caption="Aktivitas penambangan belerang di dapur kawah di Ijen, Jawa Timur."]
[/caption] [caption id="attachment_203165" align="aligncenter" width="340" caption="Asap putih membumbung di atas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah. "]
[/caption] [caption id="attachment_203166" align="aligncenter" width="340" caption="penambang beramai-ramai memuat pasir ke dalam truk di Kali Gendol, Cangkringan, Sleman."]
[/caption] [caption id="attachment_203168" align="aligncenter" width="340" caption="Ibu-ibu di dusun Sibajak, Temanggung, beristirahat sejenak di tengah kebun tembakau sebelum memulai aktivitas pagi mereka di lereng Gunung Sindoro, Jawa Tengah."]
[/caption] [caption id="attachment_203169" align="aligncenter" width="340" caption="Suasana pagi hari di salah satu dusun di Tawangmangu, Jawa Tengah. "]
[/caption] Di ranah spiritual, gunung berapi menjadi pusat kepercayaan mistis yang rumit yang mempengaruhi berbagai kejadian. Puncak-puncak gunung memikat orang suci dan peziarah menyambanginya untuk sekedar berziarah atau melaksanakan ritual. Seringkali letusannya dan peristiwa lain dikaitkan dengan keberadaan roh penunggu gunung. Di Pulau Jawa, setiap perayaan tahun baru 1 Muharram (1 Suro pada penanggalan Jawa), ribuan peziarah mendatangi puncak-puncak gunung yang dianggap keramat. Gunung Lawu, yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dengan Jawa Timur, yang memiliki jejak peninggalan masa lalu dari kerajaan Majapahit menjadi gunung yang selalu ramai dikunjungi pada momen-momen semacam ini. Berbagai kalangan, tua muda, lelaki dan perempuan, mendaki ke puncak gunung ini untuk berziarah ke situs-situs keramat peninggalan Raja Brawijaya, raja terakhir pada zaman Majapahit. Relung religius Kawah Condrodimuko, Sendang Drajat, Argo Dalem, Argo Dumilah, Pasar Dieng disesaki para peziarah. Mereka berkunjung disertai doa dan sesaji untuk memohon berkah dan keselamatan.
[caption id="attachment_203280" align="aligncenter" width="360" caption="Para peziarah khusyuk bersembahyang diantara para pendaki yang melakukan perayaan satu Suro di Argo Dumilah Puncak Gunung Lawu, Jawa Timur."]
[/caption] Di Magelang, Jawa Tengah, para petani seniman yang mendiami lereng-lereng gunung mengekspresikan kegairahan mereka akan seni dalam sebuah festival tahunan yang dinamakan Festival Lima Gunung (FLG). Beragam kesenian tradisional dan kontemporer ditunjukkan para seniman dari Gunung Merapi, Merbabu, Andong, Sumbing, dan Pegunungan Menoreh. Festival yang telah berlangsung hingga kesebelas di tahun ini merupakan hasil dari swadaya masyarakatnya sendiri. Dalam FLG ke-10, Ismanto sebagai ketua umum saat itu, berpidato bahwa festival ini adalah sebuah bukti kemandirian masyarakat gunung sehingga bisa terselenggara tanpa bantuan dari pihak pemerintah maupun sponsor dari luar komunitas. Berbagai kesenian yang digelar, antara lain, soreng, topeng ireng, jatilan, warok bocah, topeng saujana, lengger, kuda kepang papat, wayang orang kontemporer, wayang kertas, teater, musik truntung, gojek bocah, drama tari, tari kukilo, grasak, dan performa, serta orasi budaya. Festival ini melibatkan ribuan anggota komunitas yang tergabung dalam berbagai kelompok kesenian rakyat. Para seniman gunung ini seperti hendak mengabarkan kepada dunia tentang kegembiraan hidup meski mereka terhimpit berbagai persoalan.
[caption id="attachment_203282" align="aligncenter" width="360" caption="Salah satu atraksi kesenian di Festival Lima Gunung, Magelang, Jawa Tengah. Acara ini selalu dipadati pengunjung lokal maupun dari mancanegara."]
[/caption]
[caption id="attachment_203173" align="aligncenter" width="270" caption="Seorang petani sedang bekerja di atas lahan yang berdampingan dengan vila dan penginapan yang bertebaran di kawasan wisata Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah."]
[/caption] [caption id="attachment_203174" align="aligncenter" width="350" caption="Warga berkendara di antara papan penunjuk mitigasi bencana yang terpasang di lereng Gunung Merbabu, Boyolali, Jawa Tengah. Tersedianya prasarana seperti ini sangat diperlukan di saat bencana datang menghampiri."]
[/caption] Dibelit oleh cincin api dunia menjadikan Nusantara unik sekaligus rentan terhadap bencana. Gunung api murka, gempa mengguncang, dan tsunami menghantam. Kita meratapi nasib atas ketidakberuntungan ini. Tetapi kita tidak bisa hidup di atas dasar pesimisme. Kita mesti siap untuk menghadapi bencana dan hidup berdampingan dengan bencana. Berbekal pengetahuan, pengalaman, dan kearifan, kita dapat menyikapi setiap ancamannya dan menyiapkan diri lebih baik. Sebagai karunia dari Sang Pencipta, hidup di atas cincin api adalah sebuah anugerah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H