Lihat ke Halaman Asli

Sekarang Jamannya Free Sex

Diperbarui: 24 Juni 2015   01:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Free sex atau seks bebas sudah tidak jarang lagi kita dengar dikalangan anak muda sekarang. Seks bebas itu sudah seperti penyakit yang dari generasi ke generasi selalu ada. Bedanya, cuma terletak dari banyak atau tidaknya pelaku seks bebas itu sendiri. Mulai dari umur remaja sudah ada yang hampir mendekati seks bebas. Anak SMP sekarang hampir 75% sudah pernah mengalami rasanya ciuman. Anak SMA yang sudah tidak malu pelukan ditempat umum. Mahasiswa yang sering mengunci diri dalam satu kamar kontrakan. Belum lagi kalau dibahas tentang para karyawan yang kerja di kantor yang sama.

Kenapa hal ini bisa terjadi? Parahnya lagi, seks bebas sudah menjadi sesuatu yang lumrah untuk dilakukan. Tidak mengenal tempat, asal pasangannya sudah (maaf) nafsu, sikat saja. Dunia sudah milik berdua, itu mungkin pikiran mereka yang melakukan kelakuan nista tersebut. Normalnya ya, saat kita melihat orang sedang bercumbu/pacaran dan mereka melihat kita sedang memergoki mereka, harusnya mereka yang bubar (menghentikan aktivitas mereka). Tapi sekarang malah berbalik, ketika kita sedang mergokin orang yang seperti itu, mereka malah santai saja dan kita nya yang jadi malu.

Budaya malu mungkin sudah hilang dari dalam diri pelaku mesum tersebut. Kalau saja rasa malu mereka masih ada, tidak hanya menghentikan aktivitas mereka, tapi tidak akan pernah melakukan ditempat umum. Walaupun sebenarnya dimanapun mereka melakukan tetap saja mereka salah sebelum mereka melewati yang namanya proses pernikahan.

Selain budaya malu yang sudah tidak ada, ilmu agama pun menjadi salah satu faktor mereka melakukan kelakuan tidak terpuji tersebut. Agama manapun pasti melarang umatnya melakukan seks bebas sebelum waktunya. Kalau ilmu agama kuat, maka mereka tidak akan berani melakukan kelakuan bejat apapun termasuk seks bebas. Kalau diibaratkan sebuah rumah, ilmu agama itu bagaikan pondasi rumah itu sendiri. Penting sekali ilmu agama itu diajarkan.

Budaya malu dan ilmu agama yang kurang telah menunjukkan satu peristiwa langsung kepada saya. Peristiwa itu terjadi waktu saya masih duduk di bangku kuliah semester satu disebuah universitas ternama di Bandung. Waktu itu kami kuliah sampai sore. Kebetulan ruangan kami kuliah ada di lantai 2. Lantai 2 ruangan kami kalau dilihat keluar jendela tepat menuju bagian belakang sebuah gedung olahraga. Gedung olahraga itu selalu dilewati anak-anak SMP setiap harinya.

Waktu semua semua orang serius memperhatikan dosen didepan kelas, saya dan salah satu teman saya malah melihat ke arah luar jendela. Awalnya tidak ada apa-apa diluar jendela. Tapi 3 menit kemudian, dua orang anak SMP lewat (cewe dan cowo). Dilihat dari wajah dan badannya kira-kira masih kelas 7 atau 8. Mereka jalan dengan pegangan tangan. Pas dibelakang gedung olahraga tersebut, anak cowo nya mendorong anak cewe nya kearah dinding dan merekapun kissing. Saya dan teman yang melihat sangat kaget. Oh my god...! Apa kami tidak salah lihat? Speechless.

Tidak sampai disitu saja, anak cowo itu memegang pasangannya agar tidak lepas dab membuka kancing baju si anak cewe. Dan...(tidak perlu diceritakan). Kejadian itu berlangsung 5 menitan. Si anak cewe menghindar, mungkin takut ketauan orang lain. Sementara si anak cowo cuma celingak-celinguk melihat sekitar. Akhirnya merekapun pergi dan sebelum pergi si anak cowo masih sempat-sempatnya mencium pipi si anak cewe. Ingin rasanya melempar mereka dengan sepatu saat itu. Mau dikejar, apa gunanya? Dosennya juga tidak mungkin mengizinkan.

Cerita diatas masih salah satu pengalaman yang saya lihat secara langsung dengan mata kepala sendiri. Sementara di tempat lain seperti di Palembang. Kejadian di perkampungan padat di Palembang sungguh mengiris hati. Sejumlah bocah berusia di bawah 13 tahun kedapatan melakukan pesta seks dengan teman sebaya. Perbuatan ini bahkan terjadi tiga kali di tempat berbeda. Bahkan mereka melakukannya sampai tiga kali. Mereka juga mengakui mereka melakukannya dengan pasangan masing-masing.

Banyak lagi contoh-contoh yang bisa kita ambil. Dilingkungan sekitar juga banyak. Ditempat saya tinggal sekarang misalnya. Tiap istri mengajak saya ke resepsi pernikahan warga setempat, selalu ada yang mengganjal pemandangan. Apa itu? Mempelai wanitanya sudah mengandung. Setelah pulang dari resepsi, saya bertanya ke istri kenapa dengan perut mempelainya. Jawabannya "kebobolan". Saya sampai geleng-geleng kepala mendengar jawaban istri.

Harapan saya dan mungkin harapan kita juga, semoga kita dan keluarga kita terhindar dari seks bebas ini. Pantau terus pergaulan keluarga kita agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. :)

Salam Kompasiana!

Toras Lubis, 05/03/2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline