Lihat ke Halaman Asli

Motto Indah Para Caleg

Diperbarui: 4 April 2017   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13958044421958469329

[caption id="attachment_317144" align="aligncenter" width="640" caption="Motto Caleg, Dok. Pribadi"][/caption]

Menjelang pemilu caleg bulan april mendatang yang sisa hitungan hari lagi. Kita sudah melihat dari jauh hari sebelumnya akan banyaknya spanduk, baligo, stiker dan iklan para caleg dimana-mana. Dipinggir jalan, tiang listrik, tiang telepon, pohon, dinding bangunan, gang kecil, bahkan sampai di angkutan umum, wajah mereka selalu ada. Memberikan senyuman ramah kepada kita yang melihatnya. Senyuman yang dipaksakan menurut saya. Mereka itu siapa? Pertanyaan itu sering terlintas dipikiran kita.

Selain tampil dengan logo partai dan ketua umum partai pada spanduknya, tidak ketinggalan motto dari caleg itu dilampirkan juga. Motto yang dibuat secara mendadak seiring pencalonannya. Saya sebut itu motto instant 5 menit jadi. Pernah tidak terpikir oleh kita, apakah motto itu benar-benar motto caleg nya itu sendiri sebelum mencalonkan diri? Atau cuma hiasan saja biar terlihat punya tujuan hidup? Atau sekedar bumbu-bumbu belaka untuk kelihatan intelektual? Kita bisa jawab kalau motto mereka dulunya bukan itu.

Motto para caleg bermacam-macam. Kebanyakan dari motto seperti anti korupsi, mensejahterakan rakyat, bukan janji tapi bukti, jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin, berjuang bersama rakyat, tidak mengambil yang bukan hak, berani lebih baik, indonesia hebat, merakyat dan lain-lainnya. Semua motto itu terdengar indah jika dibaca dan jika benar-benar diaplikasikan. Namun kenyataannya tidak sedikit yang melupakan motto mereka. Hilang begitu saja tertiup oleh angin badai. Sama seperti hilangnya atau lupanya akan janji kampanye mereka.

Sesuia daerah masing-masing. Kadang motto yang para caleg pakai sesuai bahasa mereka biar terlihat mereka itu merakyat. Trik ini selalu digunakan oleh para caleg. Mungkin tujuannya biar warga lebih paham atau apa, saya juga kurang mengerti. Positif thinking saja.

Contohnya di Bandung yang mayoritas warganya adalah suku sunda. Saya pernah baca motto caleg seperti : "Ti lembur urang, keur wakil urang" yang artinya dari daerah kita, buat wakil kita. Motto ini sedikit ambigu menurut saya. Terdengar sedikit rasis juga. Berarti dari daerah lain tidak berhak jadi wakil di daerah tersebut ya? Atau cuma orang daerah tersebut saja yang layak untuk wakil daerah tersebut? Sebenarnya sah-sah saja dengan motto tersebut, tapi kurang tepat sasaran dan terkesan sedikit egois.

Selanjutnya, motto yang saya temukan juga adalah "Nyunda, Nyeni, Nyantri". Membaca motto caleg ini benar-benar membingungkan saya. "Tujuan caleg ini sebenarnya apa sih?", pikirku. Mau mensejahterakan warganya atau mau buat padepokan sendiri? Sekilas tidak ada yang salah dengan motto ini. "Nyunda",mengajak warga buat melestarikan budaya sunda, itu bagus. Memang harus dilestarikan biar tidak hilang, apalagi diakui oleh negara lain. "Nyeni", mengajak warga buat melestarikan seni sunda. Itu juga bagus untuk generasi muda kita. "Nyantri", mengajak warga untuk mendalami ilmu agama islam. Itu juga bagus. Namun, apakah warga sekitar orang sunda semua? Tidak kan? Apa warga sekitar semua suka seni? Tidak juga. Kemudian, bagaimana nasib warga yang non-islam? Dan apakah dengan nyunda, nyeni, nyantri akan mensejahterakan warga? Bagaimana dengan perekonomiannya, kesehatan, pasar dan lain-lain. Nyunda, nyeni, nyantri saja tidak cukup untuk jadi anggota legislatif Bung! Motto yang satu ini tergolong motto yang didasarkan pada hobby caleg semata. Apa yang dia suka mau diwujudkan melalui jabatan dia nantinya jika sudah terpilih. Mungkin itu cita-citanya dulu yang tidak terlaksana, jadi memanfaatkan kesempatan pemilihan caleg untuk merealisasikan cita-cita yang tidak terlaksana. Motto yang tepat buat dirinya sendiri tapi tidak tepat buat diri orang lain.

Itulah contoh motto caleg yang sempat saya perhatikan. Masih banyak motto-motto lain yang lebih menggelitik kalau dibahas lebih dalam. Tiap orang pasti punya motto yang berbeda dan dari tiap motto bisa mentafsirkan yang berbeda juga. Semoga motto mereka benar-benar lahir dari diri mereka bukan sedekar rangkaian kata yang indah dibaca saja.

Salam Kompasiana!

Toras Lubis, 26/03/2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline