Lihat ke Halaman Asli

Menjelajah Bukit Kapur

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1395736447158812516

[caption id="attachment_316997" align="aligncenter" width="357" caption="Mendaki Bukit Kapur, Dok. Pribadi"][/caption]

Masa kuliah adalah salah satu masa yang paling indah. Dimasa ini banyak sekali pengalaman yang didapat. Kebanyakan mahasiswa menyukai yang namanya tantangan atau suka berpetualang, begitu juga denganku. Hal-hal yang berbau petualangan sering saya cari. Apapun itu, selama hal itu belum pernah saya jalani, akan saya jalani asalkan itu hal yang positif.

Petualangan yang tidak pernah saya lupakan salah satunya adalah menaklukkan Bukit Kapur di daerah Padalarang Bandung. Bukit ini sering dikunjungi oleh warga sekitar untuk mengambil batu kapurnya. Bukit ini juga sering didaki oleh warga sekitar untuk sekedar mengisi kekosongan weekend terutama warga yang suka berpetualang.

Waktu itu, salah satu teman saya yang kebetulan rumahnya berada di sekitar bukit itu mengajak saya dan dua teman saya untuk mendaki bukit ini. Rasa tertarik dan jiwa petualang saya langsung meng'iya'kan ajakan teman tersebut. Akhirnya, hari dan jam pun diputuskan.

Saya dan kedua teman saya pun berangkat minggu pagi menaiki kereta ke daerah Padalarang karena kebetulan tempat tujuan cukup jauh. Sesampainya ditempat tujuan, teman saya menunjukkan bukit yang akan kami taklukkan. Bukit kapurnya tepat berada dibelakang rumahnya. "Ah...tidak begitu tinggi. Tebingnya juga ga terlalu terjal. Ini sih gampang buat ditaklukin", ucapku kepada temanku itu. Dia cuma senyum mendengar celotehan saya.

Setelah sarapan dirumah teman, kami pun memutuskan menaiki bukit jam 09.00 WIB. Pendakian dipimpin oleh teman saya dengan kamera ditangannya yang mendokumentasikan perjalanan kami. Kami melewati jalan setapak. Padahal menurut pengakuan teman, dulunya jalannya cukup luas. Karena jarang dikunjungi jalannya menjadi kecil. Hal itu tidak menyulutkan keinginan kami untuk tetap mendaki. Lanjuuut...!

Hampir satu setengah jam kami mendaki, kami baru sampai setengah dari bukit. Padahal tadinya saya berpikir bukitnya tidak terlalu tinggi. Saya salah. Setelah dijalani ternyata lumayan tinggi. Lumayan cape dan kami pun memutuskan istirahat sejenak. Baru setengah bukit yang didaki, kami sudah bisa melihat pemandangan yang begitu wow. Pemandangan ini tidak terlihat kalau kita berada dibawah. Itu belum seberapa kalau dibandingkan kami sudah mencapai puncak.

Lima belas menit kemudian kami melanjutkan perjalanan kami. Sekarang saya yang berada di depan. Karena jalannya cuma satu jalur, tinggal mengikuti jalan setapak saja. Rute yang kami jalani setelah istirahat sejenak tadi sangat berbeda dengan rute sebelumnya. Jalannya begitu terjal karena ini bukit kapur jadi tanahnya persis kapur yang keras tapi sedikit licin oleh lumut. "Kapurnya berlumut", pikirku.

Setengah jam kemudian, kami sampai juga dipuncak dari bukit itu. Terlihat pemandangan yang lebih bagus dari sebelumnya. Terlihat juga seperti hamparan danau, tapi kata teman saya itu Situ Ciburuy. Saya baru tahu ada Situ Ciburuy di daerah itu haha. Kata teman saya Situ Ciburuy merupakan salah satu objek wisata yang lumayan ramai juga.

Selain Situ Ciburuy, terlihat juga area persawahan yang luas. Kereta yang melintas. Bukit kapur yang lebih tinggi dari bukit kapur yang kami daki. Serta mobil truk yang seolah seperti siput merangkak ke area perbukitan. Para pekerja yang mengambil batu kapur yang terlihat seperti semut dari atas. Cuma satu kata yang bisa saya ungkapkan saat itu, "Menakjubkan". Mungkin bukit ini tidak seindah bukit atau gunung yang lain yang lebih populer, tapi bukit ini cukup memberikan catatan kenangan dalam hidup saya. Bukit kapur yang tidak seelok tampilannya memberikan panorama yang begitu "wah".

Lain kali saya akan mengunjungi tempat ini lagi. Buat yang suka berpetualang dan tinggal didaerah Bandung, tidak ada salahnya bukit ini dijadikan tempat tujuan pendakian. Atau yang sekedar mau camping bukit ini bisa dijadikan salah satu tujuan alternatif. Oiya, di puncak bukit ini juga ditemukan bekas-bekas orang camping seperti bekas api unggun dan nama para pendaki bukit yang diukir di batu.

Salam Kompasiana!

Toras Lubis, 25/03/2014

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline