Lihat ke Halaman Asli

Pemimpin yang Fakir

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tatkala Umar Bin Khattab (salah satu dari sahabat Rasulullah) menjabat sebagai khalifah ke dua, Sa'id Ibnu Amir adalah penguasa dinegeri Himsh. Diriwayatkan setelah beberapa lama kemudian datang utusan dari negeri ini ke hadapan Khalifah. Khalifah Umar memintanya untuk menuliskan nama-nama para fakir agar dibagikan sebagian dari harta kaum muslimin. Mereka mencatat semua nama dan tercantum nama Sa'id bin Amir. Umar pun bertanya, "Siapa Sa'id Bin Amir?".

"Pemimpin kami." jawab mereka.

Umar keheranan "Pemimpin kalian adalah orang fakir?". Mereka menjawab "Benar, demi Allah. Sudah lama terlihat jika gelap datang tak tampak sedikitpun cahaya dari rumahnya." Umar pun menangis. Kemudian memasukkan 1000 dinar disebuah kantung, dan berkata "Berikan uang ini padanya agar ia bisa melangsungkan hidupnya."

Utusan itu pulang ke negeri Himsh dan menyerahkan kantung itu pada Sa'id bin Amir "Innalillah wa inna ilaihi raji'un." Hal itulah yang diucapkannnya pertama kali ketika mengetahui Khalifah telah memberinya uang yang banyak, seakan-akan telah menimpa padanya musibah yang sangat besar, istri Sa'id mendekat lalu bertanya, "ada apa? apakah khalifah meninggal".

Sa'id menjawab, "masalahnya lebih besar dari itu. Kehidupan dunia datang merusak akhiratku."

Istrinya berkata, "Bebaskan dirimu." Sedangkan dia tidak tahu sedikitpun perkara uang 1000 dinar.

Sa'id berkata,"Maukah kau membantuku?"

"Ya." Maka dibagikannya uang pemberian Khalifah kepada para fakir.

Beberapa waktu kemudian, Umar bin Khattab mengunjungi negeri Himsh untuk berpatroli. Ia menemui para penduduk dan menanyakan mereka tentang pemimpin mereka Sa'id bin Amir. Pada mulanya perkataan mereka tak lepas dari pujian namun ada tiga perkara yang ternyata tidak disukai. Umar mengundang Sa'id untuk menghadap dan mempertemukannya dengan para penduduk. Umar berkata,"Apa yang kalian adukan dari pemimpinmu?"

Mereka menjawab,"Sesungguhnya beliau tidak menemui kami sampai matahari baru meninggi." Umar menatap Sa'id dan menyuruhnya untuk segera menjawab.

Kata Sa'id,"Demi Allah, aku benci hila harus membuka aib sendiri. Namun keluarga hamba tidak memiliki pembantu. Saya membuat adonan bersama mereka, saya tunggu hingga mengembang dan jadi roti, lalu saya wudlu dan keluar menemui kalian."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline