Inflasi tinggi,harga bahan pokok naik,jalanan rusak,banyak pencurian listrik,banyak kasus korupsi,ujung2nya yang sangat pantas disalahkan ya,rakyat kecil juga.Tidak ada budaya malu bagi pejabat apapun di negara ini,ketika target dan goal tidak tercapai. Walaupun performanya jelek,masih tetap berharap menjabat sampai kiamat sekalipun. Mana ada sejarah di negara ini,ketika proyek pembangunan mandeg,seorang pejabat turun jabatan,menyatakan dengan kesatria bahwa dia tidak mampu menjalankan amanah. Budaya malu akan ketidakmampuan tidak ada,bahkan atasan para pejabat2 itu setali tiga uang juga.
Seakan menjadi tanda bahwa apapun yang membuat perekonomian di negara ini tidak membaik,yang pantas di salahkan ya,rakyat juga,ya,rakyat juga. Tidak ada pejabat yang mau disalahkan dalam hal ini.Bukankah alam ini harus 'seimbang',dan berlaku hukum sebab akibat. Ada yang salah,ada yang benar,1+2=3, arti " ='' bukan sekedar "sama dengan" itu bermakna keseimbangan. Perlu keseimbangan itu agar dunia ini berjalan normal.
Lihatlah banyak hujatan,makian di daerah yang infrastrukturnya jelek dan tidak ada seorang pejabat pun yang mengakui kesalahan atau mengakui performanya jelek dan turun dari jabatan nya dan berharap penggantinya akan mampu menyelesaikannya kelak. Mana ada. Hukum keseimbangan tidak ada, yang pada akhirnya daerah yang insfrakturnya jelek itu,akan merasakan 'dunia yang tidak normal' yang lambat laun akan berakibat buruk.Alam akan marah pada suatu waktu.
Untuk meredam kemarahan alam,para rakyatlah yang menanggung bebannya. Harus ada yang dikorbankan untuk memenuhi dan mematuhi hukum keseimbangan ini. Rakyat lah parameter paling gampanh,paling mudah,paling tidak beresiko untuk memegang tanggungjawab itu. Rakyat pasrah karena ketidakberdayaan saja.
Wahai pejabat,para pimpinan yang punya kekuasaan,kalian mundurlah kalau tidak mampu mengemban amanah. Alam akan mencari keseimbangan itu,pada nantinya,dan rakyat sudah lama menjadi korban untuk mengisi agar alam berada dalam keseimbangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H