Lihat ke Halaman Asli

Topik Irawan

TERVERIFIKASI

Full Time Blogger

Belajar Tulus Memaafkan Orang Lain

Diperbarui: 29 April 2023   23:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Momen indah memaafkan, ketika rasa kemanusiaan mengalahkan ego(dokpri)

Ada tiga kata ajaib yang membuat kita merasa takjub saat berkomunikasi. Sebagai makhluk sosial, pada dasarnya manusia ingin dihargai, dicintai. Tiga kata tersebut adalah Maaf, Tolong dan Terima Kasih. Di penghujung event Samber THR Kompasiana, bertepatan dengan bulan Syawal, kosa kata maaf rasanya menjadi kata yang paling di ucapkan.

Meski terasa ringan di ucapkan, namun sejatinya memafkan orang lain secara tulus, membutuhkan kemampuan. Karena melepas secara ikhlas akan kesalahan orang lain terhadap kita, membutuhkan jiwa yang lapang. Kalau bisa sih, sebelum memaafkan, paling tidak membalas dahulu, biar impas. Apakah lebaran menjadi waktu yang tepat untuk memaafkan orang lain?

Proses memaafkan tidak semudah membalikan telapak tangan, ada keengganan memaafkan bagi mereka  yang telah menyakiti. Cara paling ampuh adalah berupaya untuk tidak bertemu dengan mereka yang telah menyakiti. Namun seberapa kuat dan seberapa lama hal itu terjadi. Memang dengan berjalannya waktu, rasa sakit itu semakin terkikis.

Hidup terus berjalan, sakit terus menguntit kalbu. Yuk cari cara memulihkan luka batin. Bukan sekedar kata kata memaafkan yang keluar dari bibir, namun hati tetap keukeuh menyangkal. Cekidot saatnya tulus memaafkan kesalahan orang lain, karena di mata orang lain pun, kita sangat mungkin bukan sosok sempurna.

Pribadi Kuat Adalah Kita

Pribadi yang kuat akan tertempa dengan cahaya keimanan(dokpri)

Merasa tersakiti bagi insan manusia adalah hal yang biasa dirasakan. Namun memendam amarah hingga bertahun tahun, karena ada orang yang menyakiti. Bagi sebagian orang, memaafkan orang yang bersalah, bisa secepat waktu berlalu, sebagian yang lainnya serasa susah untuk move on untuk bisa memaafkan, serasa teringat kembali kelakuannya ketika menyakiti hati.

Namun yang perlu di garis bawahi adalah, sebagai seorang Muslim, tak ada daun jatuh yang luput dari pandangan Allah. Begitu juga dengan yang kita alami, tak ada yang kebetulan tanpa skenario dari Sang Kuasa. Meski sakit dan terasa berdarah darah, bagi seorang yang mempunyai pribadi kuat, tak ada salahnya melepas rasa keakuan.

Jika mereka memberlakukan kita dengan cara cara zalim, sesungguhnya mereka pula yang sedang menggali kubur. Tetap tersenyum, karena semesta telah berputar pada porosnya, hukum sebab akibat akan tetap berjalan. Mungkin lebih pas adalah membalas kelakuan tersebut.

Dari pada mengatur cara pembalasan ala kita.Cukup duduk diam dan bermunajat di tengah malam, seorang yang memiliki pribadi nan kuat, senantiasa bergantung kepada Allah SWT. Satu ketika Insha Allah, mereka yang pernah menyakiti, akan "terkapar" tanpa daya. Bukan oleh tangan kita, namun Allah akan memberikan jalan yang adil bagi hambanya.

Moment Lebaran Bukan Satu Satunya Waktu Untuk Saling Memaafkan

Lebaran di negeri tercinta, identik dengan saling memaafkan, bahkan perantau yang jarang ke kampung halaman, menyempatkan untuk pulang, bersimpuh meminta maaf kepada orang tua, serta kepada sanak famili. Namun sejatinya memaafkan tak perlu menunggu moment tertentu, cukup sisakan jiwa besar di hati.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline