Kurang dari sepekan lebaran akan menyapa, tahun ini para pemudik mengalami penyekatan untuk menuju kampung halaman, Kementerian Perhubungan menyiapkan 333 titik pengecekan. Otomatis para pemudik tahun ini akan berkurang dibanding saat sebelum terjadinya pandemi Covid-19.
Sejak tanggal 6 Mei bus bus antar kota dilarang mengangkut penumpang yang mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 tahun 2021 terkait Pengendalian Tranportasi Idul Fitri Dalam Rangka Pencegahan Covid-19.
Kampung yang biasanya bersiap menyambut pemudik, kini masih terlihat lengang, kegiatan mudik memberi sumbangan Produk Domestik Regional Bruto lebih 300 triliun, berkurang 30% dari kondisi normal. Meski adanya larangan mudik namun soal urusan belanja Lebaran pastinya terus berjalan.
Geliat UMKM mencari celah agar dagangannya terjual menjadi hal yang patut diapresiasi, seperti yang diperlihatkan Ceu Nengsih yang gigih menjajakan kue kue tradisional untuk persiapan lebaran. Begitu juga Ua Iti yang siap menerima order untuk pasokan lebaran, Ua Iti menyanggupi untuk membuat lauk ala lebaran dengan bentuk matang seperti opor ayam,kentang goreng serta tentu saja ketupat.
Lebaran sebentar lagi nih, belanja apa ya? Belanjalah sesuai keperluan, tak perlu jauh jauh, yuk kita berbelanja ke sekitar kita, warung tetangga, tetangga sebelah rumah yang menjual kue kue tradisional, menjual kue keting atau mereka menyediakan pakaian jadi untuk di jual, pergerakan dan perputaran uang pun terjadi, semua senang semua bahagia menyambut lebaran dengan suka cita.
Lebaran Kurang Afdol Tanpa Kue Kering
Meja meja bertaplak bersih,terdengar suara takbir dari arah masjid, keseruan dan juga khidmatnya lebaran, merayakan momen istimewa tanpa hadirnya kue kue kering seperti kastangel, kue semprit, putri salju dan juga nastar bagaikan malam tanpa bintang, ibarat sayur tanpa garam. Hadirnya kue kering menjadi kebiasaan saat lebaran tiba.
Belanja kue kering salah satu kegiatan menjelang lebaran, adalah Teh Wiwin yang bisa dihubungi kala butuh sajian aneka kue kering, satu paket kue kering berisi enam toples dibanderol dengan harga Rp 150.000, ibu dua anak ini bukan sebagai pembuat kue namun ia menawarkan kue kue itu kepada warga desa dan baru diambil menjelang waktu lebaran. Teh Wiwin mencari selusih keuntungan dari harga awal yang dipatok si pembuat dan mengantarkannya kepada konsumen.
Moment lebaran memang menjadi hal yang di tunggu Teh Wiwin, menjual kue kering sudah ia lakukan dua tahun belakangan, penghasilan dari menjual kue kering membantu perekonomian keluarga, sehari harinya Teh Wiwin menerima jasa mencuci dan setrika, semoga apa yang dilakukan Teh Wiwin menjadi keberkahan bagi keluarganya, aamiin.
Ceu Nengsih Meraup Keuntungan Dari Jualan Kue Tradisional
Bila ke suatu hari ke desa Rajawetan, cobalah nyicip yang namanya ragginang juga rampeyek, kuliner yang banyak menyebar di pelosok ini ternyata mampu mendulang keuntungan menjelang lebaran. Salah satu pembuatnya adalah Ceu Nengsih, perempuan paruh baya yang sehari harinya keliling kampung menjajakan gorengan dan juga lontong ini, menerima pesanan kue kue khas kampung seperti keripik pisang, ragginang manis serta gurih dan juga rampeyek.