Kampung besar bernama Jakarta sedang seru serunya merayakan hari jadi ke 492, mendekati lima abad peradaban, Jakarta menjelma menjadi tempat tinggal jutaan orang dari beragam etnis di Indonesia, magnet Jakarta sebagai ibu kota sepertinya menjanjikan para pendatang untuk bertarung di kerasnya Jakarta. Sekeras kerasnya kehidupan Jakarta ternyata kota ini memiliki tempat bersejarah yang patut kita longok untuk sekedar berkontemplasi, bahwa Jakarta tidak ujug ujug sebagai kota metropolitan yang kita kenal saat ini.
Sejarah panjang Jakarta mulai dari nama Sunda Kelapa, Jayakarta, Batavia hingga Jakarta kini memberikan pengalaman menarik untuk di simak, pada hari Minggu tanggal 23 Juni 2019, Clickers salah satu komunitas yang ada di Kompasiana ngadain trip seru jelajah Jakarta, lebih tepatnya halan halan ke Utara Jakarta, meski dengan jumlah anggota yang hadir termasuk sedikit namun bukan berarti keceriaan, kehangatan dan juga tentunya mendapatkan pengalaman baru di kongkow bareng Clicker menikmati milad Jakarta membosankan, nggak banget deh bete, kita mah seru seruan aja dan menikmati liburan dengan senang senang.
Titik kumpul pertama adalah di stasiun Kota, stasiun ini termasuk stasiun akhir tujuan dan serunya adalah di stasiun ini kita bisa melihat bangunan sisa peninggalan Belanda yang di tandai dengan bangunan menjulang dengan jendela yang lebar. Rencana ngumpul jam sebelas jadi molor ke angka dua belas karena menunggu blogger traveler yakni Mbak Tamita Wibisono yang baru nyampe sesudah adzan Dhuzur.
Kemudian sebelum halan halan keliling Utara Jakarta, sempetin mamam dulu agar badan nggak oleng, maka tak tertolaklah makan siang berupa pecel, banyak pedagang kuliner seputaran stasiun kota, yup maksi pun dilakukan dipinggir jalan, nggak jaga gengsi dan di bawa hepi saja.
Berikutnya adalah naik busway arah tujuan ke museum Bahari, ternyata rute busway ini searah tempat bernama Alexis, tahu dong nama Alexis yang sempat ngehit itu, rombongan Clicker mesem mesem saat kondektur busway meneriakan Alexis.
SSetengah perjalanan kami berganti busway, setelah naik busway selama 45 menitan akhirnya sampai juga ke lokasi tujuan, utara Jakarta yang identik dengan aroma laut dan juga udara yang panas namun tak mengurangi kegembiraan saat jalan jalan.
Museum Bahari terletak di jalan Pasar Ikan Nomor 1, Sunda Kelapa, Jakarta Utara. Masuk Museum ini bayarnya 5000 rupiah untuk umum, berhubung sedang merayakan HUT Jakarta nih jadi deh gratisan masuknya, aseek.
Dahulu bangunan ini merupakan gudang penyimpanan rempah rempah dari Kongsi Dagang Hindia Timur, sebuah perusahaan yang memonopli hasil rempah di nusantara dan jadi cikal bakal terjajahnya nusantara oleh pemerintahan Belanda.
Saat ini gedung bergaya art deco yang di bangun pada tiga tahap di masa VOC beralih fungsi menjadi bangunan bersejarah pada tahun 1972 dan pada tahun 1977 tepatnya 17 Juli di tetapkan sebagai museum Bahari.
Di lantai dasar museum terdapat koleksi perahu layar dari berbagai daerah di Indonesia, ada juga koleksi koleksi meriam, jangkar, lonceng kapal dan benda benda yang berhubungan dengan kemaritiman, kalau mau belajar dan juga membuktikan bahwa memang benar bahwa nenek moyang kita adalah pelaut memang benar adanya jika mampir ke museum Kebaharian atau Museum Bahari, replika kapal atau perahu ada sebagai koleksi meseum.
Dari dulu pengen banget melihat kapal legendaris Dewa Rutji yang menjadi kapal latih untuk para kadet Angkatan Laut, Dewa Rutji yang berkali kali melayari laut dan samudera, replikanya ada di museum Bahari.