PSSI salah satu organisasi olah raga tertua di Indonesia nampaknya tak pernah sepi dari pemberitaan, berprestasikah olah raga tanah air? Menilik dari deretan trophy atau medali yang didapat, sulit untuk mengatakan sepak bola Indonesia punya prestasi mentereng, prestasi yang terakhir di renggut adalah saat timnas meraih medali emas SEA Games di Manila tahun 1991.
Setelah itu tak ada lagi medali kebanggaan yang mampu memberikan rasa hormat kita pada kinerja PSSI, alih alih berprestasi malah kisruh yang terjadi dan menyasar ke arah pengurus inti PSSI.
Tak tanggung tanggung bahwa Pelaksana Tugas Ketua Umum PSSI, Joko Driyono duduk di kursi pesakitan, Jokdri begitu ia disapa, didakwa menghancurkan, merusak dan menghilangkan kasus pengaturan skor.
Jokdri tidak sendirian, bersama Muhammad Mardani dan Mus Muliadi bertiga mereka mencoba menghilangkan barbuk. Dengan tindakannya itu Jaksa Penuntut Umum mendakwa Joko Driyono dengan tuntutan maksimal penjara tujuh tahun lamanya karena melanggar pasal 363, pasal 235 dan pasal 221.
Melihat nasib prestasi sepak bola Indonesia memang bisa di sebut ngenes dan tragis, alih alih menuju pentas dunia namun prestasi timnas belumlah menggembirakan, teringat kembali ketika dalam acara talkshow di Mata Najwa yang membongkar praktek pengaturan skor untuk bisa lolos ke babak selanjutnya, tim yang dibantu wajib memberikan sejumlah uang dan pertandingan pun bisa di setting untuk yang membayar.
Sungguh keterlaluan para mafia pengaturan skor ini, pantas saja kepak sayap garuda seakan jalan di tempat, oknum pengurus PSSI lah yang selalu menjadi biang mundurnya prestasi timnas, bukan karena timnas nggak jago main bola semata tapi pengurus yang mata duitan, sebodo amat deh prestasi mah.
Benar benar kecewa dengan segala tingkah polah para oknum pengurus PSSI yang ijo kalau meliat duit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H