Kualitas produk dalam negeri dan produktivitas yang menyertainya adalah keniscayaan untuk di akui di pasar global bukanlah isapan jempol. Produk lokal lebih berdaya saing baik di pasar domestik, regional maupun global, produk produk yang merupakan karya anak bangsa semakin di minati dan itu merupakan bentuk apresiasi karena kualitas dalam negeri sebenarnya memiliki daya saing secara kompetitif.
Produk dalam negeri pun sekarang bersiap untuk menghadapi revolusi keempat atau sering di sebut sebagai Industry 4.0 yang mengaplikasikan dengan memahami penggunaan internet serta pemanfaatan teknologi digital, namun tak melupakan produktivitas dan daya saing industri kecil dan menengah sehingga produk lokal pun mampu menembus pasar global. Sudah saatnya sekarang budaya mencintai produk dalam negeri terus di gaungkan, sehingga merk merk lokal pun akan menjadi tuan di negeri sendiri.
Kompasiana Nangkring bersama Kementerian Perindustrian yang bertempat di Crematology Cafe, Jalan Suryo, Senopati, Jakarta Selatan dan di hadiri para teman teman Kompasianer serta nara sumber yakni Haris Munandar, Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian. Iwet Ramadhan, Founder TIK by Iwet Ramadhan, Jakarta Creative Hub, Penyiar Radio. Tampil juga Founder & Editor in Chief Good News From Indonesia, Akhyari Hananto. Dengan tema yang menarik untuk di perbincangkan yaitu " Cinta Produk Dalam Negeri, Berdayakan Pelaku Industri Dalam Negeri" dengan moderator Chyntia Oktaviani.
Membincang produk dalam negeri memang selalu menarik untuk di bahas karena sebuah produk pastinya melibatkan banyak orang di dalamnya, sudah saatnya memang kita memberdayakan pelaku industri dalam negeri apalagi persaingan di kancah global untuk zaman now memang begitu ketat. Kompasiana Nangkring kali ini memberikan cakrawala baru cara berpikir penulis untuk tetap mencintai produk produk dalam negeri.
Bangkitnya Produk Unggulan Dalam Negeri
Di era tahun 40an ketika produk Jepang masih di anggap barang yang berkualitas rendah namun bagi penduduk aseli Jepang, barang buatan mereka pantas di apresiasi sehingga produk produk industri Jepang terserap oleh penduduk lokal . Hal ini pun semestinya di tiru oleh bangsa Indonesia, produk dalam negeri di Indonesia seharusnya menjadi kebanggan bersama. Industri unggulan Indonesia meliputi industri makanan dan minuman, industri farmasi, kosmetika dan alat kesehatan, industri elektronika dan telematika serta industri tekstil, kulit, alas kaki dan aneka.
Menurut Haris Munandar produk produk Indonesia telah membanjiri produk global, seperti produk Mayora dan Garuda yang merupakan produk lokal Indonesia menjadi merk jawara dan di dapat di banggakan, belum lagi misalnya produk mie yang terkenal di Hongkong sebagai produk mie nomor 3.
Jadi teringat saat krisis ekonomi yang mendera Indonesia, pulihnya ekonomi secara bertahap adalah andil dari pelaku industri kecil dan menengah , krisis ekonomi global pun ketika menghantam negara negara di dunia termasuk Indonesia di pertengahan tahun 2000an, yang menyelamatkan sekali lagi adalah industri kecil dan menengah. Ada 4,59 juta unit kecil dan menengah yang ada di Indonesia dan ini adalah potensi yang tak bisa di abaikan begitu saja.
Menjelang 100 Indonesia Merdeka dan kita bersiap menggapai produk lokal jadi juara(dokpri)
Semakin banyak orang yang menggunakan produk lokal maka di pastikan industri lokal akan terus berkembang dan ini tentu saja akan menggairahkan pelaku industri. Semoga nantinya dengan konsep industri tangguh di tahun 2015-2035, Indonesia menjadi negara industri tangguh dengan 3 kekuatan yang meliputi industri andalan, industri pendukung serta industri hulu. Sektor industri menyerap 118 juta pekerja dan inilah peluang dan juga tantangan bagi sumber daya manusia di Indonesia.