Lihat ke Halaman Asli

Topik Irawan

TERVERIFIKASI

Full Time Blogger

Melawan Rezim Narasi Tunggal Orde Baru dengan Menulis

Diperbarui: 21 November 2016   01:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                Tiga nara sumber yang memberi pencerahan di acara Nangkring Kompasiana Saatnya Warga Menulis(dokpri)

 Sempat dilanda ke engganan untuk berpartisipasi dalam acara nagkring Kompasiana kali ini, dengan jarak lumayan jauh, Tangerang gitu lho, secara domisili penulis mukim di ujungnya kabupaten Bekasi. Namun dorongan kuat untuk menggali ilmu dari nara suber yang berkompeten akhirnya memutuskan juga untuk mendaftar di hari hari terakhir, ternyata takdir berkata lain yang membuat nama penulis tertera sebagai peserta nangkring dengan tema yang cukup menantang yakni Saatnya Warga Menulis yang mengambil tempat di Indonesia Convention Exhibition(ICE) BSD Tangerang.

Kendala transportasi tidak masalah meski memang tempat acara jauh, dengan menggunakan kartu flazz Kriko Kompasiana semua bisa di atur, naik Trans Jakarta dan berhenti di halte Stasiun Cawang, lanjut naik commuter line menuju stasiun Rawa Buntu dan numpang gratisan dengan shuttle bus yang di sediakan ke lokasi ICE BSD. Bertemu dengan Kompasianer yang juga peserta nangkring, beruntung ketemu Mas Kevin yang sudah mempersiapkan tiket masuk.

Ternyata acara sudah di mulai, di panggung nara sumber yakni Kang Maman Suherman, Bang Iskandar Zulkarnaen dan juga Mbak Yayat sudah on stage. Kompasianer pun sudah banyak yang hadir, ada Mas Rizky yang memoderatori acara. Ketiga nara sumber pun membedah tentang tema Saatnya Warga Menulis yang memberi pencerahan baru tentang penulisan bagi warga biasa di era digital ini.

Puisi Angsa Putih Menerbangkan Keyakinan Kang Maman Bahwa Menulis Adalah Membahagiakan

img-20161106-154220-5831eaa87097732b0c6e9826.jpg

                                                                 Kang Maman Suherman, memulai karier penulisan dengan honor sebesar 50 rupiah(dokpri)

Kang Maman sebagai nara sumber pastinya wow banget nih, pria kelahiran Makasar 10 November 1965 adalah seorang yang berkecimpung di bidang jurnalistik, di mulai sebagai wartawan Nova pada tahun 1986, memiliki segudang cerita yang di bongkar saat acara nangkring, ihwal kenapa Kang Maman mulai tertarik dengan dunia literasi adalah kekagumannya saat masih duduk di bangku kelas empat SD, kakak kelas kang Maman yang berkulit putih memberi inspirasi puisi yang di kirimkan ke media cetak, alhasil karya pertama kang Maman yang di hargai dengan honor 50 rupiah membuat beliau terbang tinggi, honor tulisan dan bukti di muatnya puisi yang di tunjukan kepada sang pujaan hati memberi gambaran bahwa menulis adalah sebuah kebahagiaan.

Dengan bekal pendidikan jurusan kriminolog akhirnya Kang Maman menjadi wartawan di grup Kompas mulai dari tahun 1986 tahun 2003. Mengutip pernyataan dari Pramoedya Ananta Toer yakni Menulis adalah bekerja untuk keabadian mendorong Kang Maman terus menulis. Jika melawan kebisingan harus dengan berteriak keras keras tetapi dengan menulis meski dalam suasana hening, perlawanan terjadi dalam tulisan karena karya kita di baca oleh orang orang, itu lah pentingnya mengapa kita harus menulis.

Untuk ke kinian bahwa seorang jurnalisme warga adalah mempunyai peran sebagai penulis, editor, pemasar dan juga produser bagi dirinya sendiri di media sosial. Namun meski pun jurnalisme warga tapi harus juga mematuhi 9 elemen jurnalistik Bill Kovach yang di dalamnya mengandung filosofi seperti jurnalisme itu mengejar kebenaran,jurnalisme itu disiplin menjalankan verifikasi, independen terhadap sumber berita, menjadi pemantau kekuasaan, berusaha keras membuat hal penting menjadi menarik dan relevan, menjaga berita menjadi proposional.

Era digital memunculkan para buzzer yang memiliki 100 ribu follower di twitter bisa di kontrak perusahaan perusahaan dengan ngebuzz dan di bayar jutaan rupiah. Selepas menjalani profesi wartawan, Kang Maman bekerja di biro iklan dan dengan modal sebuah tagline yang di pakai sebuah perusahaan ternyata mampu menghidupi biro iklan yang di pimpinnya selama 12 tahun. Menurut Kang Maman satu hal yang paling di ingat tentang dunia penulisan adalah petuah dari Jacob Oetama yaitu” Kalau kamu cuma menulis untuk cari uang, Kompas bukan tempatnya tetapi menulislah tentang dua hal yaitu pencerahan dan pemerkayaan.”

Mendapat Trik Menulis Paten Dari Bang Isjet

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline