Lihat ke Halaman Asli

Topik Irawan

TERVERIFIKASI

Full Time Blogger

Ngobeng, Tradisi Saling Membantu Saat Hajatan

Diperbarui: 24 Juli 2016   18:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tradisi Ngobeng masih terus di jalankan, gotong royong ala orang desa(dok poto Ya Yanto

Di setiap keriaan atau hajatan pasti ada kesibukan, mulai mengatur dekorasi, menyiapkan pernak pernik untuk perhelatan semisal siap tidaknya balandongan alias tenda untuk para tamu, kursi hingga mempersiapkan stok makanan yang akan di hidangkan nantinya, semua itu perlu penanganan detail agar hajatan lebih teratur dan juga tentunya lancar adanya. Besok adalah hajatan yang akan di gelar oleh kuwu Rajawetan, Dedi Ruslan, acara nyepitan alias khitanan cucu tercinta, maka persiapan pun di rencanakan matang matang agar khitanan berlangsung lancar jaya.

Beruntung di desa Rajawetan dan juga di desa desa sekitarnya mempunyai sebuah tradisi yang di sebut ngobeng, meski sebutan ngobeng lebih dekat dengan salah satu peralatan montir yaitu obeng, ngobeng di sini mempunyai arti yaitu membantu yang empunya hajat, kalau kaum ibu ibu sering kali ngobeng untuk urusan dapur, mempersiapkan bahan mentah untuk di jadikan penganan, ada yang membantu mengiris bawang, memarut kelapa dan segala tetek bengek yang menyangkut dapur. Sedangkan kaum prianya lebih banyak untuk persiapan membuat balandongan atau pun persiapan keamanan bila hari H telah tiba.

Ngobeng sering kali seharian di lakukan, karena itu ibu ibu yang ikut ngobeng biasanya sore hari akan mendapatkan 'anteran' dari si empu hajat sebagai tanda terima kasih dan juga bagian dari kepedulian karena yang ikut ngobeng terpakas tidak memasak untuk keluarganya. Selain ngobeng biasanya yang punya peralatan memasak akan suka rela meminjamkan barang barang yang di perlukan si empu hajat seperti dandang, sangku untuk tempat nasi, panci dan lain sebagainya, syukurlah tradisi ngobeng atau membantu di tempat punya hajat masih terus di lakukan, semangat gotong royong ternyata masih ada dan terusa ada dan ini merupakan sebuah kesepakatan yang tidak tertulis dan sangat di patuhi oleh warga desa.

Siapa pun yang punya hajat maka tradisi ngobeng akan terus berjalan, semoga gotong royong ala desa Rajawetan terus di pertahankan karena tradisi ini sangat baik karena tanpa bantuan dari tetangga maka di pastikan si empunya hajat akan merasa kerepotan. Kalau ada yang hajatan maka teringat kembali ke masa kecil saat menanti hari H, maka suasana rumah yang punya hajat akan lebih semarak, ada istilah lek lekan atau begadang menjelang hajatan, maka di sana di pastikan banjir penganan tradisional bernama papais monyong, papais geplek, rengginang, tumpi. Rasanya seru aja dapet makanan secara gratisan, duh jadi teringat kembali masa masa indah itu, hidup Ngobeng, hidup gotong royong.

                                                                                 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline