Lihat ke Halaman Asli

Topik Irawan

TERVERIFIKASI

Full Time Blogger

Pertamina Menuju Perusahaan Kelas Dunia

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14097002042076084415

[caption id="attachment_340826" align="alignnone" width="300" caption="Acara Kompasiana nangkring bersama Pertamina(dokpri)"][/caption]

Bertempat di Penang Bistro,Kompasiana Nangkring bersama Pertamina yang juga menghadirkan bintang tamu bernama Farah Quinn,seorang koki ternama yang sering kita temui di layar kaca.Serunya nangkring adalah ketemuan dengan rekan rekan kompasianer,dan inilah kebahagiaan yang susah untuk dilupakan.Setelah menunggu acara cukup lama,tapi nggak rugi sih karena makan malamnya begitu spesial.

Dalam acara nangkring ini dibahas tentang elpiji 12 kilogram,jenis elpiji ini memang non subsidi dan tentu saja sangat berbeda dengan tabung melon yang saya pakai.Hadir di acara nangkring,dari pihak Pertamina yaitu Bapak Adiatma Sardjito selaku media manager PT Pertamina yang mewakili Bapak Ali Mundakir sebagai vice presiden Pertamina yang berhalangan hadir,dipandu moderator Mas Heru atau Mas Mbong serta tak ketinggalan ya Farah Quinn itu lho.

Bapak Adiatma menuturkan bahwa dalam penerapan harga elpiji 12 kilogram bisa saja Pertamina melakukan penyesuaian harga secara ke ekonomian,karena harga yang dipatok saat ini bukanlah harga ideal secara ke ekonomian sehingga kerugian Pertamina pun di lini usaha ini mencapai milyaran rupiah.

Sebagai gambaran harga jual elpiji 12 kilogram yang tadinya 6.o69 per kilogram menjadi 7.569 dan biaya komponen lain seperti tranport filling fee margin agen dan ppn,harga jual agen menjadi 9.519 per kilogram atau pertabung menjadi 114.300 rupiah yang sebelumnya hanya 7.731 rupiah per kilogram atau sebelumnya per tabung 92.800 rupiah,itu pun sebenarnya secara ke ekonomian belumlah mencapai titik laba,dan mengapa akhirnya per 6 bulan harga elpiji 12 kilogram akan ada penyesuaian sehingga mencapai nilai ekonomis di tahun 2016.

Namun pada dasarnya memang disinilah diperlukan kedewasaan pemakaian dari para pengguna,sudah bukan rahasia lagi memang,bila sudah mendengar kata 'gratisan' atau subsidi,perilaku kita seolah olah menjadi jatuh miskin sehingga bila perlu maka yang bersubsidi pun akan dihajar juga,inilah mungkin yang harus diedukasi oleh Pertamina agar yang benar benar menikmati subsidi adalah hal yang tepat.

Kita pun ingin melihat Pertamina menjadi perusahaan kelas dunia,apalagi di tahun 2013 lallu,Pertamina sebagai salah satu BUMN terkemuka di tanah air masuk dalam daftar Fortune 500,Pertamina masuk di urutan 123,ditahun 2013 total pendapatan BUMN yang mengurus hulu dan hilir kekayaan alam Indonesia yang berbentuk gas dan minyak bumi nusantara ini,membukukan pendapatan sebesar US$ 71,1 milyar,tentu saja ini hal yang membanggakan bagi kita semua,sedangkan untuk laba bersih tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 11% dari tahun 2012 yang senilai US$ 2,77 milyar menjadi US$ 3,07 milyar.

Beruntung saya salah satu Kompasianer yang berada di Penang Resto tanggal 28 Agustus 2014 yang lalu,penjelasan penjelasan dari pihak Pertamina cukup memberi wawasan baru bagi saya tentang'isi perut 'Pertamina.Jujur saja saya adalah pengguna gas elpiji melon karena itulah yang saya sanggup beli,maklumlah sebagai buruh tentu saja untuk memakai gas 12 kilogram terasa berat.

Namun jika harus memakai tabung 12 kilogram mengapa tidak?Kita selalu menginginkan agar Pertamina akan terus tumbuh dan berkembang menuju perusahaan kelas dunia,karena bagaimanapun Pertamina adalah milik bangsa ini,Pertamina adalah kebanggan bangsa.Dan semoga produk produk Pertamina akan berjaya di satu ketika,maju terus Pertamina,dan tetap lanjut untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline