Lihat ke Halaman Asli

Topan Bagaskara

Pemikir. Penyair. Pendaki Gunung.

Konsep Indonesia Baru: Indonesia Tanpa Partai

Diperbarui: 5 Juli 2024   21:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Koleksi Pribadi

Konsep Indonesia baru adalah konsep yang digerakkan berdasarkan pemikiran founding parents ketika berupaya membebaskan bangsa Indonesia dari jeratan imperialisme. Titik perjuangan yang ada pada saat itu ialah kebebasan hak manusia dan lingkungan hidup. Kedua hal ini seharusnya menjadi living ideas bagi pemerintah saat ini. Sehingga setiap kebijakan yang dikeluarkan basisnya adalah kesejahteraan dan kelestarian. Bukan kerusakan-keberlanjutan.  

Hari ini kita harus mengingat sejarah dan geneologi bahwa bangsa Indonesia terbentuk dan diciptakan untuk kesejahteraan rakyat, maka dari itu pikiran Indonesia baru harus didasarkan dengan sejarah yang melibatkan moral dan etika yang sehat. Para calon pemimpin daerah maupun nasional harus mampu menghadirkan konsep Indonesia baru sejak dalam pikiran.

Karena apa, terkadang saya melihat persoalan-persoalan anak muda hari ini, krisis keteguhan pemikiran. Seperti halnya seseorang mahasiswa yang kebetulan sebagai fungsionaris partai harus patuh pada instruksi bapak-bapak dalam partai. Dalam pikiran saya, untuk menjadi seorang politikus apakah bersedia menerima kompromi-kompromi prinsipil dan tidak boleh merawat idealisme yang muluk-muluk?

Padahal menjadi mahasiswa tidak pantas mengingkari keberadaannya sebagai manusia berpikir, yang sebagaimana muda-mudi sebagai pembelajar yang memiliki banyak cita-cita. Jika seperti ini saya melihat orang Indonesia sekarang amat mudah menggunakan nalar rasionalisasi untuk menormalisasi sesuatu. Kepengecutan dinormalisasi dengan cara merasionalisasikannya sebagai kepatuhan.

Oleh sebab itu, keterusterangan ini saya maksud untuk menghadirkan konsep membangun negara tanpa partai yang merupakan turunan dari konsep Indonesia baru yang saya bayangkan. Kendati ada kemungkinan saya akan salah berpikir dan melangkah. Lebih baik berjalan satu langkah daripada diam takut salah dan mengharapankan pertolongan tangan dewa. 

Sebagai manusia yang berpikir, seorang manusia adalah manusia dan bukanlah alat apapun. Kebenaran tidak tiba dalam sebuah bentuk instruksi dari siapapun, melainkan kebenaran dapat dirasakan melalui keberanian dan berpikir kreatif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline