Lihat ke Halaman Asli

Pergi, Namun Tak Terpisahkan

Diperbarui: 16 Oktober 2023   10:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Di desa kecil yang dikelilingi oleh perbukitan hijau sepanjang mata memanjang. Pada desa tersebut hiduplah dua sahabat karib yang dikenal oleh masyarakat dengan nama Maya dan Rama. Mereka berdua dari kecil sudah menjadi sahabat karib. Hal tersebut didukung oleh tempat tinggal keduanya yang saling berseberangan sehingga untuk bertemu sangatlah mudah. Tetapi seiring bertambah umur mereka nyatanya Maya dan Rama memiliki cita-cita yang berbeda satu sama lain.

Pengungkapan akan cita-cita tersebut terjadi saat mereka melintasi sungai kecil dan mengungkapkan mimpi besar mereka. Saat itu itu kondisi matahari sedang terbenam dan posisi mereka sedang dudung di bawah pohon yang rindah. Disitulah mereka berdua berbagi cerita sambil saling memberikan tips untuk menyusus rencana masa depan agar lebih sukses dilakukan. Dari hal tersebut kinilah waktunya telah tiba. Setelah menyelesaikan pendidikan di jenjang Sekolah Menengah Akhir (SMA) mereka dihadapkan dengan jalan yang berbeda sesuai pemaparan dan cita-cita mereka.

Maka dari itu di suaru sore pada suasana mendung mereka memutuskan untuk dudu di tepi bukit. Pada tepi bukit tersebut pemandangan yang disuguhkan sangatlah indah. Perkacapan di mulai oleh Rama dengan suara yang penuh kekhawatiran. "Maya, besok merupakan saat kita harus berpisah" ungkap Rama sambil bersedih "Kini saatnya aku harus pergi ke akademi militer yang berada di kota".

pixabay.com

Respon Maya nyatanya lebih sedih hal tersebut dari matanya yang mulai berkaca-kaca dibarengi anggukan pelan. "Aku tahu" jawab Maya "Walaupun demikian bukankan kita selalu berjanji tidak akan pudar persahabatan walaupun jarak memisahkan". Maya pun bertanya kepada Rama "Tapi mengapa hal tersebut rasanya kini begituh sulit untuk berpisah?".

Perlahan Rama mulai menyentuh pundak Maya dengan sangat lembut. "Kita saat ini sudah dewasa dan mulai menghadapi realitas". Lanjut Rama menjawab "Kini kita juga harus mengabdi kepada negara walaupun cara kita berbeda". Rama mulai mengecil "Walaupun tubuh kita berpisah tetapi hati dan jiwa kita tetaplah bersatu sebagai sahabat yang tidak akan terpisahkan oleh waktu dan jarak".

Setelah itu mereka berpelukan dalam kondisi saling berdiam tanpa bisa mengeluarkan kata-kata. Kondisi saat itu mereka hanya bisa merasakan kehangatan persahabatan mereka sedang dilanda oleh badai pemisah yang sangat besar. Keesokan harinya lebih tepatnya di stasiun kereta api yang kondisinya ramai mereka akhirnya secara mantap mengucapkan selamat tinggal dengan senyuman yang dipaksakan. Keduanya kini harus berpisah dalam meraih cita-cita di masa depan. Dimana Rama naik kereta yang akan membawa ke masa depannya sedangkan Maya hanya memandangi dengan mata yang dibanjiri oleh air mata.

pixabay.com

Selama berbulan-bulan berlalu mereka berdua akhirnya menjalani kehidupan yang berbeda-beda lagi tidak bersama-sama. Maya kini memasuki perguruan tinggi dan Rama menjalani pelatihan militer yang sangat intensif. Walaupun terdapat perbedaan aktifitas tidak lupa mereka saling berkomunikasi melalui surat-surat pendek yang dikirim secara berkala. Didalam surat tersebut banyak sekali isi yang dipaparkan oleh sepasang sahabat tersebut. Dimana Maya menceritakan seluruh kisah tentang kuliah yang sangat mentang dan teman-teman dengan latar belakang yang berbeda-beda. Sedangkan isi cerita dari Rama berkaitan dengan pengalaman di akademik militer dan tantangan demi tantangan yang harus dihadapinya.

Tetapi seiring berjalannya waktu dan cerita yang mulai tidak ada lagi topik yang dibahas mulailah surat tersebut mengandung rasa kekosongan tanpa isi. Disitulah mulai keduanya baik itu Maya dan Rama saling merasakan kerinduaan akan kehadiran masing-masing untuk menjalani berbagai aktifitas bersama-sama. Satu surat dari Rama yang membuat Maya mulai kembali mengalurkan air mata yang isisnya berupa "Meskipun aku kini berada di antara ribuan prajurit terpilih bangsa Indonesia, entah mengapa aku tetap merasa kesepian tanpa adanya diri mu Maya.". Disitu Rama benar-benar merindukan Maya yang selalu memberikan semangat dalam menjalani kehidupan saat bersama dan selalu membantu tanpa meninggalkannya dalam kondisi apapun.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline