Lihat ke Halaman Asli

Perjalanan Menuju Bangku Universitas Negeri yang Tidak Akan Pernah Terlupakan

Diperbarui: 2 September 2023   23:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam menjalani perjalanan kehidupan ini pastinya akan dipenuhi warna yang menjadi momen yang tidak akan penah pudar dalam ingatan. Momen-momen tersebut akan selalu melekat erat dalam jiwa dan membentuk menjadi bagian integral dalam narasi kehidupan seseorang. Meskipun terkadang waktu telah berlalu tetapi momen tersebut akan hadir secara jernih seperti lukisan indah di ruang galeri ingatan. Dimana ingatan momen tersebut dari mulai tawa riang di suatu pagi sampai air mata yang mengucur disetiap detiknya merupakan momen yang berharga. Dari sekian banyak momen tersebut ada sebuah momen yang tidak akan pernah terlupakan bagi penulis salah satunya akan mendapatkan bangku di pendidikan universitas.

Melihat kondisi masyarakat khususnya orang tua pasti memiliki keinginan kepada anaknya untuk dapat kuliah di universitas negeri. Sering kali keinginan tersebut menjadi sebuah harapan besar dan cita-cita yang mendalam sampai berani untuk mengorbankan berbagai macam hal seperti harta berupa tanah untuk jual agar dapat menopang biaya yang dibutuhkan. Bagi para orang tua anak kuliah di universitas menjadikan sebuah prestasi dibarengi dengan kesempatan yang besar untuk meraih masa depan yang lebih cerah lagi bagi sang anak seperti penulis dimasa depannya.

Pemahaman orang tua tersebut muncul dari keyakinan bahwa dengan memasukan sang anak seperti penulis ke lembaga pendidikan negeri yang memiliki standar kualitas yang lebih tinggi akan dapat membuat peluang yang lebih luas dimasa depan. Sehingga diakhirnya dapat mengangkat derajat sosial dan ekonomi keluarga khususnya sang anak dimasa depannya. Apalagi dengan mengarahkan ke pintu gerbang universitas ada sebuah selipan harapan bagi sang anak seperti penulis untuk mendapatkan ilmu pengetahuan terbaik yang nantinya akan berkontribusi positif pada masyarakat dan bangsa.

Universitas (Sumber: pixabay.com/)

Maka dari itu setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) maka penulis digenjot secara maksimal untuk belajar. Dari pagi sampai malam semua dikerahkan untuk belajar menyelesaikan berbagai macam soal yang ada. Bahkan pada saat itu buku setebal bantal dicoba untuk dikerjakan sampai tuntas. Muak sampai lelah sudah sangat sering dirasakan oleh seluruh tubuh seperti mata sampai otak. Tetapi hal tersebut harus tetap ditahan sampai penulis dapat menyelesaikan latihan akan soal untuk lolos mendapatkan bangku kuliah di universitas.

Ya, harus diakui bahwa mendapatkan bangku universitas negeri menjadi tantangan yang sangat berat dan sangat selektif. Persaingan sangat ketat sekali karena jumlah pendaftar yang melimpah dengan keterbatasan kouta yang disediakan. Sehingga peluang seseorang untuk mendapatkan sangatlah kecil sampai jika dihitung berada di antara nol komaan. Belum lagi saingan tersebut semakin tinggi karena dua angkatan diatas serta siswa dan siswi terbaik ikut juga didalam kompetisi tersebut. Maka diakhirnya seseorang yang mendapatkan bangku universitas negeri merupakan siswa dan siswi terbaik dari hasil seleksi.

Berdasarkan pada saat itu ada dua cara untuk mendapatkan bangku universitas negeri ada dua cara melalui jalur rapot dan jalur tes tulis. Untuk jalur rapot sepertinya pada saat itu peluang sangat kecil sekali. Hal tersebut karena nilai rapot jika harus digambarkan seperti jalur roller coaster ada yang besar dan kecil. Padahal peluang untuk masuk melalui jalur rapot harus seperti anak tangga yang naik terus atau berada diatas terus tanpa mengalami penurunan. Melihat kondisi nilai tersebut walaupun diatas standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) masih kurang puas. Sehingga saat pengumuman berlangsung penulis mendapatkan warna merah yang menandakan tidak lulus mendapatkan bangku universitas negeri.

Setelah mendapatkan pengumuman tersebut penulis langsung mengenjot kembali untuk latihan. Dimana latihan tersebut benar-benar berbeda dengan materi yang diberikan oleh sekolah. Berdasarkan informasi yang beredar juga sepakat memaparkan soal di tes tulis sangat berat. Maka untuk menyelesaikan orang tua penulis mendatangkan guru ke rumah untuk dibimbing. Disaat itu seperti kegiatan yang dilakukan seperti makan, beribadah, tidur, dan latihan. Hampir setiap hari kegiatan hanya berputar itu-itu saja. Apalagi pada saat itu kegiatan belajar mengajar di SMA juga sudah tidak ada sehingga ada waktu kosong sebelum mendapatkan ilmu pengetahuan di bangku universitas.

Untuk tes tulis juga terbagi ke dalam berbagai macam seperti tes tulis biasa dan tes mandiri. Perbedaan dua tes tersebut dapat terlihat dari biaya yang dikeluarkan dimana tes mandiri lebih besar pengeluarannya dibandingkan tes tulis biasa. Walaupun demikian terkadang para orang tua akan merelakan harta bendanya di jual agar sang anak tetap masuk di universitas negeri walaupun harus melewati tes mandiri yang mahal. Atas perjuangan tersebut membuat penulis semangat lagi untuk mendapatkan bangku di universitas.

Persaingan (Sumber: pixabay.com/)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline