Lihat ke Halaman Asli

Kiprah dan Pengaruhnya Terhadap Semangat Perjuangan di Hari Kemerdekaan Indonesia ke-78

Diperbarui: 27 Agustus 2023   23:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bendera Indonesia (Sumber: https://pixabay.com/id/photos/indonesia-nasional-bendera-asia-4290401/)

Ada banyak sekali tanggal istimewa yang dimiliki oleh bangsa Indonesia salah satunya jatuh di tanggal 17 Agustus. Pada tanggal tersebut secara tegas bangsa Indonesia memaparkan akan kemerdekaan dari para tangan penjajah yang membelenggu. Apalagi para penjajah tersebut tidak hanya mengeruk sumber daya alam tetapi juga sumber daya manusia secara membabi buta tanpa henti. Sehingga bangsa Indonesia harus mengalami penyiksaan secara panjang tanpa bisa bernapas secara bebas hanya untuk sebentar saja.

Kondisi demikian membuat seluruh masyarakat dari Sabang sampai Merauke melakukan perjuangan. Tetapi karena perlawanan masih bersifat kedaerahan maka masih dapat mudah dipatahkan melalui stategi adu domba oleh para penjajah. Mulailah saat itu secara berangsur-angsur masyarakat khususnya para anak muda berkumpul untuk menyatukan diri sebagai sebuah bangsa bernama Indonesia. Sehingga pada 28 Oktober 1928 dideklarasikan akan Sumpah Pemuda yang menyatukan seluruh masyarakat Indonesia dengan berbagai macam latar belakang berbeda. Hal tersebut kini membuat perlawanan yang diberikan mulai berganti dari bersifat kedaerahan berubah menjadi nasional yang saling bahu-membahu.


Maka atas dasar tersebut mulailah muncul cahaya terang akan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Untuk meraih hal tersebut para pejuang tentunya tidak semudah seperti membalikan telapak tangan. Salah satu peristiwa perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang dapat terlihat dari sebuah bukti di tanggal 19 September 1945 dengan lokasi Hotel Hotel Yamato, Jalan Tunjungan, Surabaya. Di tanggal dan lokasi tersebut terjadi peristiwa perobekan bendera Belanda menjadi warna Merah Putih untuk dikibarkan kembali di puncak Hotel Yamato.

Pada saat itu orang Belanda yang bekas tawanan Jepang yang dibantu pasukan Sekutu menduduki Hotel Yamato dibawah kepemimpianan Victor W. Charles Ploegman. Selain itu pasukan Belanda tersebut juga mengibarkan bendera Belanda. Atas pengibaran tersebut tentunya dianggap oleh para pemuda sebagai pejuangan sebagai bentuk melecehkan. Sehingga saat itu meminta Belanda untuk menurunkan tetapi terjadi penolakan. Sehingga terjadi bentrok antara pemuda dengan Belanda serta ada beberapa pemuda yang memanjat atap hotel dan melakukan perobekan serta mengibarkan kembali dengan bendera Merah Putih. Atas peristiwa tersebut ditambah beberapa faktor lainnya maka wilayah Surabaya terjadi perisitwa yang bersejarah terjadi tanggal 10 November 1945.

Tentunya disini para pejuang hanya untuk mengibarkan bendera Merah Putih saja harus melakukan perlawanan dibutkikan dengan pemaparan diatas. Maka sangat kurang pantas jika ada para anak muda yang melakukan kegiatan kurang pantas atas bendera Merah Putih. Contoh dari hal kurang pantas yang dilakukan dapat diakses oleh para pembaca sekalian diberbagai macam media yang ada. Walaupun demikian disatu sisi lainnya yang ditunjukan masih banyak para anak muda yang membanggakan akan bangsa Indonesia. Hal tersebut dapat terlihat dari banyak para anak muda yang berlomba-lomba untuk dapat bagian dari pelaksanaan Upacara Kemerdekaan di Istana Negara Indonesia.

Untuk di upacara Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke-78 Republik Indonesia (RI) pada Kamis, 17 Agustus 2023 telah dipaparkan oleh Presiden Joko Widodo sebnayak 76 orang anggota pengibar bendera pusaka (Paskibraka). Anggota Paskibraka Nasional 2023 tersebut berasal dari berbagai wilayah provinsi yang ada di Indonesia. Tentunya para anggota tersebut diseleksi sampai menghasilkan siswa-siswi SMA terbaik dari berbagai daerah. Agar lebih sukses melaksanakan tugasnya maka para anggota tersebut melakukan Pemusatan Pendidikan dan Pelatihan Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Diklat Paskibraka) Tingkat Pusat. Kini dapat dilihat oleh masyarakat Indonesia akan momen yang sangat sakral akan pengibaran bendera Merah Putih setiap tanggal 17 Agustus di setiap tahunnya.

Upacara bendera (Sumber: https://pixabay.com/id/photos/bendera-upacara-bendera-5600241/)

Tidak hanya itu penulis juga pernah merasakan menjadi bagian dari pelaksanaan pengibaran bendera Merah Putih. Walaupun pelaksanaan tidak seperti para anak muda yang telah dipaparkan diatas sampai ke tahap Istana Negara. Tetapi disini penulis melaksanaan pengibaran bendera Merah Putih masih skala kecil yaitu di lingkungan sekolah.

Saat itu menjadi sebuah momen yang sangat langka bagi penulis karena menjadi salah satu bagian akan pelaksanaan akan upacara kemerdekaan. Hal tersebut menjadi sebuah momen yang sangat menyentuh hati sampai membuat penulis merasa semangat perjuangan didalam tubuh. Apalagi saat sedang penulis berdiri di barisan depan melihat para peserta yang teratur dan bendera Merah Putih berkibar di langit. Kondisi tersebut membuat penulis merasakan adanya sebuah ketaran emosi yang sulit dikatakan oleh kata-kata. Tidak hanya itu penulis juga saat itu merasakan koneksi batin dengan sejarah, perjuangan, dan jiwa bangsa di masa lampau yang tidak akan pernah padam.

Setiap gerakan yang dilakukan oleh anggota pelaskanaan upacara bendera memaparkan akan simbol kedisiplinan dan kesatuan. Bahkan setiap langkah yang terkoordinasi memaparkan bahwa adanya sebuah keberja samaan antar anggota serta saling hormat akan peran sampai tanggung jawab masing-masing yang saling terhubung untuk tujuan bersama. Pastinya pada saat itu baik penulis atau anggota yang lain menjadi begituh termotivasi untuk terus berjuang. Dimana perjuangan yang dilakukan tidak hanya untuk konteks upacara saja tetapi saat menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh dengan rintangan dan tantangan yang akan muncul.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline