Lihat ke Halaman Asli

Meraih Makna di Balik KRL dalam Perjalanan Seorang Anak Muda Menuju Sukses di Ibu Kota

Diperbarui: 9 Agustus 2023   22:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta (Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Daerah_Khusus_Ibukota_Jakarta)

Ibu kota Indonesia yaitu Jakarta memiliki daya tarik tersendiri bagi seluruh masyarakat di negara ini. Apalagi Jakarta dikenal sebagai kota modern, berkelanjutan, dan inklusif sehingga menjadi magnet akan daya tarik bagi masyarakat untuk datang. Salah satu pihak yang melakukan hal tersebut yaitu para anak muda yang mau mengadu nasib untuk mendapatkan pekerjaan dengan layak seperti Penulis.

Penulis salah satu anak muda yang baru saja lulus dengan pendidikan IT. Sehingga Penulis memutuskan untuk merantau ke Jakarta karena peluang kerja ditempat kelahirannya sangat terbatas. Untuk mengatasi biaya tempat tinggal maka Penulis memilih untuk tinggal bersama seorang teman di Bogor. Hampir setiap hari untuk sampai ke Jakarta agar lebih menghemat uang yang dimiliki maka Penulis menggunakan KRL (Kereta Rel Listrik).

Biasanya Penulis berangkat bekerja menggunakan KRL saat pagi menjelang matahari terbit seperti kebanyakan pekerja lainnya. Saat tiba di stasiun hal pertama yang ditemuinya adalah antrean panjang untuk membeli tiket dan masuk ke dalam KRL. Sesama penumpang KRL di pagi hari memiliki aroma harum dari sabun baik itu dari tubuh maupun rambut menandakan bahwa setiap penumpang berusaha membersihkan diri sebelum memulai aktifitas bekerja sebagai persiapan menghadapi tantangan dan rintangan akan akfitiasnya.

KRL (Sumber: https://commuterline.id/)

Awal-awal masuk KRL masih relatif sepi tetapi setelah beberapa saat kemudian kepadatan mulai terasa di dalam gerbong. Beruntungnya Penulis selalu datang cukup awal sehingga masih bisa mendapatkan kursi walaupun banyak penumpang lain yang harus berdiri karena tak mendapatkan kursi kosong. Namun beberapa kali Penulis merasakan kesulitan mendapatkan tempat duduk dan terpaksa harus berdiri tegak meskipun tidak terlalu kuat untuk berdiri lama. Namun meski begitu Penulis selalu menikmati momen-momen kecil yang tercipta saat menggunakan KRL untuk sampai ke Jakarta.

Penulis sangat senang mengamati berbagai macam ekspresi wajah penumpang lain. Ada banyak ekspresi mulai dari wajah yang masih mengantuk, bahagia, lelah, hingga marah yang dapat terlihat secara langsung melalui mukannya. Namun jika dilihat secara keseluruhan ekspresi wajah yang dominan adalah kelelahan mungkin akibat dari aktivitas pagi yang melelahkan pada hari sebelumnya tetapi tetap saja para penumpang berusaha untuk bersemangat dari aktifitas di KRL.

Tidak jarang pula Penulis mendapatkan kesempatan untuk berbincang dengan sesama pekerja di KRL. Kisah-kisah perjalanan yang menarik sering didengarnya sebagai pelajaran hidup dari orang lain. Beberapa obrolan bahkan berbuah manis dengan menjadi teman baru yang memberikan kesempatan berharga seperti informasi pekerjaan.

Ketika berada di tempat gerbong dengan arah jendela Penulis menikmati pemandangan alam dan hamparan sawah yang menyejukkan mata di pagi hari. Ia juga dapat melihat kesibukan masyarakat perkotaan melalui lalu lintas sepanjang perjalanan. Jika beruntung Penulis dapat menyaksikan matahari terbit melalui jendela KRL. Semua pemandangan ini memberikan semangat yang meningkat baginya saat memulai hari dengan lembaran baru.

Sesampainya di stasiun Jakarta Penulis disambut oleh alunan musik tradisional yang nyaman didengar dari musisi jalanan di peron stasiun. Hal ini membuatnya semakin bersemangat untuk menjalani aktivitas pekerjaan sebagai pekerja baru. Tetapi untuk mencapai tempat kerja yang dekat dari stasiun Penulis biasanya menggunakan angkot sebagai sarana transportasinya.

KRL (Sumber: https://commuterline.id/)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline