Lihat ke Halaman Asli

Khadafi Dipukuli Guru Sampai Buta

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Muhammad Khadafi baru berumur 12 tahun, tidak ada kaitannya dengan Moamar Khadafi pimpinan negara Lybia yang senang dengan pangkat Kolonelnya itu.  Malang nian nasib anak ini, entah apa yang sedang merasuki pikiran Ibu Asnah, gurunya sampai tega memukuli anak ini hingga mengalami kebutaan. Asnah, seorang guru Matematika di SMP Negeri I Tamalatea Kabupaten Jeneponto, Sulsel itu ditahan pihak kepolisian setempat atas perbuatannya.

Muhammad Khadafi  masih duduk dikelas I, karena perlakukan si guru yang pemarah itu, dia kini dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar,mata sebelah kirinya tak dapat melihat, ditusuk benda runcing oleh oknum guru tersebut. Kejadian  penganiayaan itu karena khadafi waktu jam istrahat kedapatan menendang sampah oleh ibu guru Matematika itu. Melihat tingkah anak didiknya itu, bu asnah memanggilnya kedalam kelas, didalam kelas itulah anak ini ditampar dan ditusuk dengan kayu hingga pingsan. Melihat anak ini pingsan, kawan2nya membawa pulang kerumah orang tuanya. Tak terima dengan perlakuan terhadap anaknya, orang tuanya melaporkan kasus tersebut kepada pihak Kepolisian.  Kini, Khadafi masih terus dirawat intesif di rumah sakit, setelah dilakukan pemeriksaan, khadafi dintyatakan mengalami kebutaan oleh dokter.

Apa yang dialami oleh Khadafi makin menambah panjang kekerasan yang dilakukan oleh Guru terhadap anak didiknya setelah kejadian di Medan belum lama berselang. Ibu Sri, nama guru Sekolah Dasar di Medan itu, mendengar kegaduhan murid kelas lain yang sedang mengikuti pelajaran olah raga merasa kesal. Dia menghentikan mengajarnya lalu keluar kelas menuju kelas yang tengah bersiap mengikuti pelajaran olahraga itu, setelah minta izin kepada guru olahraga, dibariskanlah murid2 itu untuk ditampari satu persatu. Atas kejadian tersebut, para orang tua murid tidak menerimanya, beramai2 datang kesekolah mencari ibu guru yang ringan tangan itu.

Mungkin ibu2 guru diatas karena sedang ruwet pikiran tidak dapat lagi membedakan antara mendidik dan menganiaya sehingga harus berhadpan dengan aparat penegak hukum. Kasus yang melibatkan guru baik kekarasan fisik maupun kekerasan seksual sudah sering terjadi. Bukan saja melibatkan guru sekolah umum tetapi melibatkan pula guru pesantren bahkan pelaku berhasil melakukan pencabulan dan kekerasan seksual secara serial terhadap santriwatinya. Hal ini sangat memprihatinkan tentunya, orang tua yang bermaksud menitipkan anaknya untuk mendapat pendidikan justru mengalami nasib nahas.

Walaupun hal itu hanyalah kasus yang dilakukan oleh oknum guru, namun dapat diambil gambaran bahwa kekerasan itu bukan saja monopoli masyarakat umumnya tetapi sudah masuk dunia pendidikan. Budaya kekerasan yang makin menjadi jadi2, domonstrasi anarkis, politisi teriak2 diluar etika kesopanan, bahkan teriakan terhadap pejabat negarapun seperti menjadi sebuah tradisi yang lumrah. Belum lagi tawuran antar pelajar, antar supporter sepakbola, antar mahasiswa bahkan antar warga yang selalu menghiasi berita sehari2 seolah sudah merupakan budaya negeri ini. Situasi ini membuat kita bertanya, mengapa bangsa ini mudah terpancing emosinya ?. Faktor ekonomikah yang menyebabkan bangsa kita mudah marah..?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline