Lihat ke Halaman Asli

Anton Kapitan

Seorang pegiat pendidikan yang menyukai diskusi dan debat

Pemimpin Tidak Tahu = Pemimpin Tidak Tahu Diri!

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menarik bicara tentang proyek renovasi ruang rapat Badan Anggaran (Banggar) DPR RI. Topik menarik tentangnya adalah seputar anggaran renovasi yang mencapai Rp.20,3 miliar. Anggaran besar ini selalu dipertentangkan dengan situasi masyarakat Indonesia yang kebanyakan hidup makin melarat dan tak pantas disebut manusia. Dari sekian banyak yang mempertentangkan hal ini, diperoleh satu satu kesimpulan: masyarakat tidak setuju dengan renovasi yang menelan dana begitu besar. Lebih lanjut pada tataran usul saran, didapatkan satu harapan ini: sekiranya tuan-tuan DPR berkenan, fokuskan perhatian untuk membangun dan merenovasi rakyatmu yang kian hari kian parah situasi dan kondisinya. Sembari berharap, doa yang tiada putus-putusnya terus menggema dalam kedalaman jiwa rakyat Indonesia. Setidaknya mereka memohon, Tuhan dapat menghidupkan hati nurani para DPR agar mereka dapat hidup manusiawi dan sanggup memperhatikan kepentingan rakyat Indonesia.

Itu sepintas tentang diskursus seputar anggaran renovasi ruang rapat Banggar. Yang hendak saya kaji dan uraikan lewat tulisan saya adalah soal pemimpin yang tidak tahu bahwa ada renovasi dalam ruang lingkup DPR RI. Bagaimana mungkin seorang pemimpin tidak tahu kalau ada proyek yang sedang dikerjakan di ruang lingkup kekuasaannya? Apakah wajar bagi seorang pemimpin kalau ia tidak tahu tentang kegiatan yang dilakukan dalam wilayah kepemimpinannya dengan dana miliaran rupiah? Dapatkah diterima dan dimaklumi kalau pemimpin tidak tahu bahwa bawahan sedang menjalankan proyek dalam wialayah kekuasaannya dengan dana dua puluh miliar lebih?

Terlepas dari penilaian kita masing-masing, menurut saya ketidaktahuan pimpinan DPR RI atas proyek renovasi ruang rapat Banggar DPR RI hanyalah ekspresi ketidaktahuan dirinya sebagai seorang pemimpin sejati. Bagaimana mungkin pimpinan DPR RI tak tahu. Ini tidak dapat diterima akal sehat. Bahkan akal sehat memvonis kenyataan ini sebagai kelalaian yang didasari kebodohan dan ketidaksanggupan memanage segala tugas dan tanggung jawab yang ada dibalik kepercayaan yang diberikan rakyat kepadanya. Sembari menjatuhkan vonis berdasarkan hukum-hukum logika, akal budi merekomendasikan beliau sebagai pimpinan DPR yang tidak berjiwa pemimpin. Beliau juga dibilang sebagai pemimpin yang bukan pemimpin, karena tidak mampu bertanggung jawab terhadap apa yang sedang menimpa kelembagaannya. Sekiranya ia sudah lalai dalam mengontrol tugas-tugasnya sebagai Ketua BURT, mestinya ia bertanggung jawab dalam porsinya sebagai ketua, atas kejanggalan renovasi tersebut. Bukannya pemimpin harus berjiwa besar dan rela berkorban serta mampu menjaga kewibaan lembaga dan kehormatan seluruh anggota dengan seluruh diri? Mengapa harus melempar tanggung jawab seperti ini? Kalau sekiranya kemarin, renovasi yang menelan dana begini besar tidak diiungkap, ketua DPR RI tentu tidak melempar tanggung jawab. Dalam situasi tertentu, kalau orang memuji dan mengagumi kemewahan ruang Rapat Banggar, tentu beliau sebagai pemimpin DPR RI sekaligus Ketua BURT berbangga bukan main kan?

Bagi saya, beliau harus menyadari kenyataan ini sebagai kelalaian beliau dan dengan iklas siap membenahi diri agar ia sungguh memainkan peran sebagai pemimpin sejati dari lembaga terhormat itu. Pemimpin yang tahu segala kewenangan dan menjalankannya secara tulus dan iklas adalah pemimpin yang tahu diri. Pemimpin tahu diri adalah pemimpin sejati yang layak diabadikan dalam pangkuan pertiwi dan pantas disanjung rakyatnya hingga sepanjang masa. Sebaliknya, pemimpin yang tidak tahu tugas-tugasnya, yang selalu melempar tanggungjawab,suka menjatuhkan kesalahan pada bawahan dan selalu mencuci tangan dari segala kesalahan merupakan pemimpin tidak tahu diri. Terhadap pemimpin yang tidak tahu diri ini, tiada pilihan lain kecuali mencampakannya ke tanah dan dengan segera seluruh rakyat membenamkannya ke dasar bumi hingga tiada lagi anak cucu mewarisi kebodohan dan kebiadabannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline