*Setahun Anies di Jakarta, Sukseskah?*
*Tony Rosyid*
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa
Kemarin, tepatnya 16/10/2018, adalah genap satu tahun Anies menjabat Gubernur DKI Jakarta. Sandi, Wakil Gubernur? Tetap tak bisa diabaikan peran besarnya membantu Gubernur. Suksesnya Anies, sukses pula bagi Sandi. Saat ini, biarlah Sandi fokus sebagai calon wakil presiden untuk rencana kerja yang jauh lebih besar dan menantang.
Perjalanan setahun sebagai Gubernur DKI, sarat dinamika. Diiringi takbir dan shalawat saat pencoblosan dan pelantikan, berlanjut demo dan kritik sebagai ritual harian saat melaksanakan tugas. Ini bagian dari asesoris politik yang harus turut dirasakan oleh seorang gubernur. Karena gubernur adalah jabatan politik.
Pujian dan kritik ibarat musim yang silih berganti. Kadang kemarau ketika program yang dijalankan belum sampai ke wilayah tertentu. Tapi segera berganti hujan ketika hasilnya sudah mulai dirasakan. Warga punya subyektifitasnya masing-masing yang ketika bersentuhan dengan kepentingan elit terkadang melahirkan petir, bahkan badai.
Seorang pemimpin, termasuk gubernur mesti peka dan siap menghadapi situasi obyektif seperti ini. Dalam tradisi kita, 100 hari dan hitungan tahun sering dijadikan batas waktu untuk mengevaluasi kinerja seorang pemimpin, termasuk gubernur. Bagaimana cara evaluasinya? Gampang! Pertama, lihat janji Anies. Ada 23 janji saat kampanye.
Jika kita ingin sedikit kritis, apakah 23 janji kampanye itu sesuai dengan visi besar Anies membangun Jakarta? Apa visi besar Anies untuk Jakarta? "Berpihak kepada yang lemah dengan memberikan kesempatan untuk hidup setara dengan yang lain". Visi ini menarik. Sebab, kehadiran penguasa seringkali menjadi tangan panjang kelompok elit. "Budak-budak kapitalis", kata sebagian aktivis.
Anies menegaskan posisioning dirinya. Penutupan Alexis, penghentian reklamasi dan teguran kepada para pemilik gedung terkait pelanggaran mengambil air tanah, adalah bagian dari posisioning Anies terhadap para elit itu. Anies menegaskan ia tidak bersama dan satu pihak dengan mereka yang biasa melakukan kesewenang-wenangan dengan uangnya. Anies tidak memusuhi mereka, tapi memastikan bahwa hukum dan aturan itu ditegakkan secara adil di Jakarta.
Tidak hanya berlaku untuk orang lemah, tapi juga harus tegas kepada mereka yang merasa kuat. Kalimat ini yang berulangkali disampaikan oleh Anies. Ketegasan ini sekaligus menjawab stigma bahwa Anies lemah dibanding Ahok, dan hanya pandai bicara. Anies telah menjawabnya dengan kebijakan dan kerja nyata.
Soal ini, Anies layak diberikan apresiasi. Kedua, Apakah 23 janji Anies itu sudah masuk rencana program? Lebih konkretnya, apakah sudah dianggarkan dan masuk di RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah).