Untuk menjawab pertanyaan mengenai apa itu hakikat keberislaman, kita harus mendefinisikan terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan hakikat dan islam. Hakikat adalah hal mendasar yang melekat pada sesuatu, yang jika hal tersebut tidak ada, maka sesuatu itu juga ikut meniada. Misalnya cinta. Apa hakikat cinta? Hakikat cinta adalah hal yang mendasar pada cinta, yaitu pengenalan (pengetahuan). Maka, jika tidak ada pengenalan, maka cinta juga meniada. Itulah mengapa awal dari mencintai adalah kenalan. Baik kenalan secara langsung, lewat perantara, ataupun stalking.
Bagaimana dengan islam? Secara etimologi, islam terambil dari kata aslama yang berarti selamat. Ada pula yang mengatakan bahwa islam terambil dari kata taslim tang berarti tunduk atau taat. Selamat adalah sampainya seseorang pada suatu tujuan. Seperti selamat atas gelar sarjananya (berarti tujuaanya adalah sarjana). Selamat dapat pula diartikan sebagai terhindarnya seseorang dari marabahaya. Maka, secara terminologi islam adalah sampainya seseorang pada tujuan akhirnya (Tuhan) yang dalam perjalanannya terhindar dari marabahaya karena ketaatannya pada Tuhan. Singkatnya, islam adalah suatu pedoman lengkap yang ditunjukkan Tuhan untuk kembali kepada-Nya (menyempurna).
Gerak Alam Semesta adalah Perjalanan Menyempurna Menuju Tuhan
Gerak adalah berpindahnya titk potensi menuju titik aktual dikarenakan faktor eksternal. Gerak terbagi atas gerak substansi dan gerak aksiden. Dengan mengambil contohnya buah apel, perhatikan pengelompokan berikut;
1)Gerak substansi, terbagi lagi atas;
a)Secara horizontal, yaitu gerak dari benda mati menuju benda mati lainnya. Misalnya biji apel menuju abu dikarenakan faktor eksternal yaitu api yang membakarnya.
b)Secara vertikal, yaitu gerak dari benda mati menuju benda hidup. Misalnya biji apel menuju tunas apel dikarenakan faktor eskternal yaitu tanah, sinar matahari, air dan lainnya.
2)Gerak aksiden, terbagi lagi atas;
a)Pada kualitas, dari apel kecut menuju apel manis.
b)Pada kuantitas, dari apel merah muda menuju apel merah tua.
c)Pada posisi, dari apel yang pucuknya menghadap ke bawah dan apel yang pucuknya menghadap ke atas.
d)Pada jarak, dari apel yang berada di pohon menuju apel yang berada di tanah.
Adapun bagi manusia, islam dapat diterapkan pada gerak substansi. Gerak yang mendasar, gerak yang paling inti. Dari zygot menuju janin. Dari janin menuju bayi. Dari bayi menuju kanak-kanak. Dari kanak-kanak menuju remaja. Dari remaja menuju dewasa. Dari dewasa menuju tua. Dari tua menuju kematian. Dari kematian menuju kehidupan kembali. Singkatnya, islam merupakan gerak menuju kepada Yang Maha Sempurna dan Maha Hidup Hidup; Tuhan.
Mencintai Tuhan dengan Mengenali-Nya
Untuk dapat mencintai sesuatu, kita harus mengenali sesuatu tersebut. Begitupan dengan Tuhan. Makrifatullah kemudian hadir sebagai usaha bagi seorang hamba untuk mengenali Tuhan. Dalam makrifatullah, terbagi 3 bagian penting yaitu Tauhid Dzat, Tauhid Sifat dan Tauhid Perbuatan.
1)Tauhid Dzat
Dzat atau wujud Tuhan itu Esa; Satu yang tidak memilki dua, tiga dan seterusnya. Dikatakan Esa, karena jika ada dua atau lebih tuhan, maka ia tak dapat dikatakan tuhan, karena tidak sempurna. Dikatakan tidak sempurna, karena ada sesuatu selain dia, ada pembandingnya berarti ia berkekurangan. Jika tuhan ada dua, berarti ia terbatas. Seperti air dan minyak. Air membatasi minyak dan minyak membatasi air. Hal ini juga membantah teori Thales bahwa asal muasal segala sesuatu adalah air.
Rasionalnya, Tuhan harus Esa. Konsepsi tentang monoisme tuhan adalah konsep yang tertolak di akal. Karena Tuhan Esa berarti Tuhan tidak memilik pembanding. Karena Tuhan tidak memiliki pembanding, berarti tiada sesuatu selain Tuhan. Karena tiada sesuatu selain Tuhan, berarti tiada yang menciptakan Tuhan. Karena kalau Tuhan diciptakan, berarti ada sesuatu selainnya dan lebih awal adanya ketimbang tuhan tersebut. Jadi, Tuhan pastilah Esa, Sempurna, Pencipta atau Awal Segala Sesuatu., Tidak Terbatas dan Tidak Tersusun. Dalam al-Qur’an, ayat tentang ketauhidan terdapat pada surah al-Ikhlas atau sering pula disebut dengan surah Tauhid.
2)Tauhid Sifat
Seluruh sifat-sifat Tuhan tak boleh dipahami merupakan bagian-bagian dari Tuhan. Karena Tuhan tidak terdiri dari bagian-bagian. Sifat-sifat Tuhan bukanlah penyusun Tuhan. Sifat Tuhan terbagi atas 2 bagian besar, yaitu sifat Jamaliyah, sisi feminin atau kelembutan dan sifat Jalaliyah, sisi maskulin atau keperkasaan. Maha Pengasih dan Maha Penyayang merupakan sifat Jamaliyah Tuhan. Sementara Maha Besar dan Maha Perkasa merupakan sifat Jalaliyah Tuhan. Sifat Tuhan ada yang dapat dipahami oleh manusia pada umumnya. Hal ini disebut imanen. Dan ada pula sifat Tuhan yang tidak dapat dipahami manusia, kecuali manusia-manusia yang disucikan (QS. 37:160). Hal ini disebut transenden.
Mengenai manusia-manusia yang disucikan adalah mereka yang senantiasa mensucikan dirinya. Karena ikhtiarnya, mereka disucikan sesuci-sesucinya (QS. 33:33). Adapun mensucikan diri adalah usaha akal untuk mengendalikan hawa nafsu. Manusia suci sebagai subyek, mengetahui Tuhan yang Maha Suci sebagai obyek. Melahirkan pengetahuan akan sifat Transenden Tuhan. Di luar dari manusia suci, belajarlah kepada manusia suci tersebut. Kemudian melahirkan pengetahuan akan sifat Imanen Tuhan.
3)Tauhid Perbuatan
Pada dasarnya, segala perbuatan adalah perbuatan Tuhan. Karena jika ada perbuatan selain perbuatan Tuhan, maka ada suatu eksistensi selain eksistensi Tuhan. Padahal, pada pembahasan Tauhid Dzat, akal telah meyakini bahwa Tuhan itu Esa, tiada sesuatu selain Tuhan. Maka, segala perbuatan seperti mencinta, mencuri bahkan membunuh adalah perbuatan Tuhan (QS. 8:17). Pada tataran takwini atau determinis, segalanya adalah perbuatan Tuhan. Tapi pada tataran tasyri’i atau kehendak terbagi atas dua kehendak (will); perbuatan yang dikehendaki Tuhan dan perbuatan yang tidak dikehendaki Tuhan.
Hanya saja, manusia seringkali tidak memisahkan apa yang dikehendaki Tuhan dan apa yang tidak dikehendakinya. Misalnya, membunuh. Membunuh adalah perbuatan Tuhan. Tapi membunuh yang seperti apa yang dikehendaki Tuhan? Membunuh ayam secara halal untuk dikomsumsi, misalnya. Membunuh itu baik. Jika tidak ada daya membunuh pada manusia, akankah kita memakan ayam secara hidup-hidup? Dengan memakannya secara hidup-hiduppun kita juga akan membunuhnya. Mencuri juga itu baik. Tapi mencuri seperti apa yang dikehendaki Tuhan? Mencuri hati kekasih untuk dinikahi secara halal, misalnya.
Yang menganggap bahwa ada perbuatan selain perbuatan Tuhan tergolong orang kafir. Yang melakukan perbuatan yang dikehendaki Tuhan akan mendapat pahala. Yang melakukan perbuatan yang tidak dikehendaki Tuhan akan mendapat dosa. Islam kemudian hadir sebagai pedoman. Pedoman yang diturunkan Tuhan kepada manusia melalui Nabi mengenai perbuatan apa yang dikehendaki dan perbuatan apa yang tidak dikehendaki Tuhan.
Simpul Pembahasan
Dari pembahasan di atas, dapat kemudian kita jawab pertanyaan mengenai hakikat islam atau hal yang paling mendasar dari islam yang jika kita tidak melakukannya, maka kita tidak dapat dikatakan berislam. Hakikat Islam adalah gerak menuju kesempurnaan atau berbuat seperti Tuhan. Tuhan telah mengajarkan caranya pada Nabi. Maka, untuk meniru Tuhan, tirulah Nabi. Dalam Islam, Nabi yang paling mulia ditiru atau diteladani perbuatannya adalah Nabi Muhammad Saw.
Selamat berislam secara hakikat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H