Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat dan Praktisi

Meneladani Pahlawan yang Sebenar-Benar Pahlawan

Diperbarui: 10 November 2022   11:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com


Untuk mendukung semangat perjuangan para pahlawan Indonesia dalam pertempuran 10 November 1945, Soekarno, Presiden RI pertama, menetapkan 10 November sebagai Hari Pahlawan (HP). Penetapan 10 November sebagai Hari Pahlawan termaktub dalam Keppres Nomor 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959.

Artinya, tanggal 10 November 2022 adalah peringatan HP ke-63. Bagaimana peringatan HP ke-63 ini, di negeri yang merdeka karena pengorbanan darah dan nyawa para pejuang dan menjadi pahlawan bagi kemerdekaan Republik Indonesia. 

Apakah masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya? Pemerintah sekadar formalitas memperingatinya? 

Tahun 2022, ternyata pemerintah memperingati HP dengan membuat tema
"Pahlawanku, Teladanku".
Tema ini memiliki harapan agar perjuangan dan pengorbanan para pahlawan dapat menginspirasi dan memotivasi masyarakat untuk meneruskan pembangunan dan mengisi kemerdekaan.

Dengan tema tersebut, pemerintah pun memiliki harapan agar setiap orang dapat memberikan kontribusi bagi bangsa sesuai kemampuan, keahlian, dan keterampilan masing-masing tanpa harus dengan mengangkat senjata.

Pertanyaannya, bila rakyat diminta meneladani para pahlwan, selama ini, apalagi dalam dua periode pemerintahan berjalan di RI, apakah para pemimpin negeri di parlemen dan pemerintahan sudah meneladani para pahlawan? Lalu, ikutan menjadi teladan bagi rakyat Indonesia? 

Rakyat yang cerdas dan tidak memihak, tentu dapat menjawab dan tahu fakta sebenarnya, yang kini terjadi di negeri ini. Sebab, dulu para pahlawan berjuang merebut kemerdekaan dengan persatuan dan kesatuan yang sangat kuat. Rela bersimbah darah dan kehilangan nyawa demi penjajah kolonialisme enyah dari bumi pertiwi.

Kini, di RI malah hadir pahlawan kesiangan yang tidak dapat dijadikan teladan. Takut kehilangan yang bukan milik: kekuasaan, jabatan, uang, dan kekayaan negeri. Mereka malah lebih mencengkram lebih kuat dari penjajah kolonialisme. Kekuatannya melibatkan cukong, oligarki, KKN, dan politik dinasti. Pionnya para buzzerRp receh yang dipelihara dan dirawat dengan slogan persatuan dan kesatuan. Tetapi setiap detik mencuit dengan ujaran kebencian, permusuhan, demi rakyat terpolarisasi.

Produk peraturan dan kebijakannya untuk melindungi dan mengamankan kelompok sendiri. Hukum dibuat tajam ke bawah, tumpul ke atas. Rakyat terus menderita. Rakyat yang kelaparan dan menderita pun menjadi sarana intrik dan taktik mereka. Disogok sedikit dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) langsung menghamba dan menyebut siapa pahlawan yang sudah menolong rakyat. Padahal BLT juga uang rakyat.

Di sana-sini dibangun insfrastruktur, katanya untuk rakyat, pakai uang rakyat dan utang. Rakyat pun jadi tumbal dan tukang membayar utang. Lalu, siapa yang sejatinya memanfaatkan insfrastruktur. Apakah benar-benar rakyat. Tapi di sana ada kisah kepahlawanan.

Perayaan, imbauan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline