Orang yang pandai bersyukur, tahu terima kasih, adalah orang yang realistis, positive thinking, sebab kaya hati dan kaya pikiran.
(Supartono JW.24102022)
Apakah saya memiliki hati yang berlimpah rasa syukur? Apakah saya orang yang realistis? Apakah saya orang yang positive thinking? Apakah saya orang yang berpikir dengan hati? Apakah saya orang yang kaya hati dan kaya pikiran?
Sebelum saya merefleksi diri untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, agar tidak salah paham, berikut ini saya pahami dulu apa yang dimaksud dengan syukur, realistis, positive thinking, hati, berpikir, kaya hati dan pikiran.
Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan berbagai literasi, saya coba simpulkan bahwa:
Pertama, syukur berarti rasa terima kasih kepada Allah, kepada orang lain, pihak lain. Pernyataan lega, senang, dan sebagainya. Kata syukur pun dalam praktik kehidupan nyata berkembang sesuai situasi dan kondisi menjadi bersyukur=berterima kasih. Kemudian, mensyukuri=mengucapkan terima kasih kepada Allah, dan syukuran=ucapan syukur, mengadakan selamatan untuk bersyukur kepada Allah.
Kedua, realistis. Diartikan sebagai cara berpikir yang dimiliki oleh seseorang dengan penuh perhitungan serta sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang. Sehingga, ada gagasan yang akan dapat diajukan dan tidak hanya angan-angan atau sekadar imajinasi belaka akan tetapi suatu kenyataan. Juga dapat diartikan sebagai sadar diri, tahu diri, sadar kondisi, sadar kemampuan (pikiran, ekonomi, sosial), dll.
Ketiga, positive thinking. Artinya berpikir dengan proses positif, menghasilkan "energi yang positif", yaitu energi yang menghasilkan pemikiran-pemikiran dan sikap-sikap yang benar dan baik, sehingga membuat manusia menjadi bersemangat, melakukan hal-hal yang benar dan menjadi bahagia, sebab tidak melibatkan diri dengan hal-hal dan urusan orang lain yang bukan ranah kita.
Keempat, hati, saya sebut juga personality. Adalah yang ada di dalam tubuh manusia, dianggap sebagai tempat segala perasaan batin dan tempat menyimpan pengertian (perasaan dsb.). Karenanya dalam praktik kehidupan nyata, maka akan ada manusia-manusia yang tindakan hatinya dikatakan sebagai:
a. Miskin hati, yaitu tidak menerima atas apa yang dimilikinya.
b. Kaya hati, artinya selalu bersyukur atas apa yang dimilikinya.
c. Tinggi hati adalah sombong
d. Kecil hati, merasa kecewa atau tersinggung, dan
e. Rendah hati, tidak memandang rendah orang lain. Rendah hati sering disebut dengan tawaduk. Artinya tidak angkuh dan tidak sombong. Orang yang rendah hati selalu bersikap tenang, sederhana, dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan sombong.
Kelima, pikiran atau sering saya sebut otak, adalah tempat gagasan dan proses mental. Berpikir memungkinkan seseorang untuk merepresentasikan dunia sebagai model dan memberikan perlakuan terhadapnya secara efektif sesuai dengan tujuan, rencana, dan keinginan.