Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat dan Praktisi

Kreativitas Pedagogi ala Bima Sakti, akan Singkirkan Myanmar U-16, Tetap Rendah Hati, Tak Egois, Tak Individualis

Diperbarui: 10 Agustus 2022   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com


Berbekal catatan dua laga sejak menggebuk Singapura U-16 dan menyingkirkan Vietnam u-16, rapor TIPS pemain dan tim yang boleh dibilang stabil dan meningkat, pasukan Garuda Belia, Timnas Indonesia U-16 diprediksi akan mampu mengatasi Myanmar U-16 di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Rabu (10/8/2022) pukul 20.00 WIB. dalam semi final Piala AFF U-16 2022.

Kreativitas pedagogi ala Bima Sakti

Kendati bekal kompetensi pedagogi masih harus dikuasai oleh Bima Sakti dengan benar dan baik, namun pendekatan, khususnya psikologis ala Bima yang tidak harus mengikuti pakem pedagogi ilmiah terhadap anak-anak, nampak signifikannya dalam mengangkat kecerdasan intelegensi (otak) dan kecerdasan personality (kepribadian, mental, emosi, kepercayaan diri, sikap disiplin, tanggungjawab, sikap tidak individualis, sikap tidak egois, menghargai diri sendiri, menghargai orang lain, ada sikap respek, simpati-empati, peduli, hingga tahu diri dan tetap rendah hati).

Banyak media yang mengulik dan mengangkat pendekatan Bima dalam mencerdaskan intelegensi dan personality anak-anak. Hasilnya, cukup terbukti saat laga kedua hingga berlanjut ke laga ketiga. Pasalnya, di laga perdana, anak-anak nampak belum di sentuh dengan benar intelegensi dan persinalitynya oleh Bima.

Setelah laga versus Filipina U-16, berbagai kritik dan saran pun mencuat menyerang Bima baik di media sosial, media massa, hingga Ketua Umum PSSI pun sampai memberi wejangan khusus.

Harus menjadi perhatian, bagi PSSI, para pegiat sepak bola akar rumput, para pelatih, dan lainnya, menangani anak-anak usia 16 tahun ke bawah, dalam sepak bola, kompetensinya tidak boleh polos hanya punya bekal pengalaman dan menguasai teknik dan speed sepak bola.

Anak-anak usia 16 tahun, wajib dididik dan dikembangkan otak dan kepribadiannya/mental/emosinya dll dengan cara yang benar. Ada ilmu dan caranya. Di dalam tim sepak bola, tugas mendidik dan mengembangkan intelegensi dan personality, juga menjadi tanggungjawab pelatih yang=guru dan ada pendampingan psikolog. 

Mirisnya, semua Timnas Indonesia, kini tidak lagi menggunakan jasa psikolog, sementara para pelatihnya pun tak berbekal kompetensi pedagogi, termasuk Shin Tae-yong (STy).

Bersyukur, setelah bermain tidak sesuai ekpetasi di laga pertama, setelah disentil dari sana-sini, Bima lalu menyentuh area intelegensi dan personality anak-anak yang kini diasuhnya dengan kreativitas pedagogi ala Bima Sakti.

Ada pelajaran tentang kencing dan toilet, ada hukuman denda, ada aturan penggunaan gadget, ada menempel foto orang tua, ada figur mantan pemain U-16 yang selalu ucapannya dijadikan motivasi, ada respek dan meminta maaf terhadap lawan atas perlakuan buruk suporter, ada ucapan memohon dukungan doa, dll. Itu semua ujungnya mengerucut membangkitkan daya pikir, daya analisis, dan sikap anak-anak, menaikkan dan mengembangkan kecerdasan intelegensi dan personality.

Semoga kreativitas pelajaran dan pendidikan pedagogi ala Bima Sakti, akan terus meningkatkan kinerja kecerdasan TIPS pasukan Garuda U-16. Menang permainan dan gol atas Myanmar U-16, lolos ke babak final.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline