Banyak event SSB, yang diselenggarakan tanpa izin dan rekomendasi stakeholder terkait karena berbagai alasan. Maka, ada yang eventnya diam-diam tidak terpublikasi atau memang tidak ada media yang tahu atau tidak tertarik meliput. Ada juga yang belum ada kepastian izin dan rekomendasi, tetapi pihak yang hendak membuat event sudah mengumbar promosi di media sosial. Mengapa bisa begitu?
Karena memang penyelenggaranya tidak terdidik, atau belum terdidik, atau karena hal lainnya?
Dalam rangka 23 tahun Sekolah Sepak Bola (SSB) bergaung di Indonesia, sudah wadahnya belum ada peraturan dan undang-undang (regulasi) yang mengatur dan sekadar untuk gaya-gaya-an, banyak pula event SSB yang serampangan, seenaknya saja, tidak mengikuti prosedur yang benar, tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas dan metode langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu masalah.Biasanya yang seperti itu, siapa yang ada di baliknya atau siapa yang menyelenggarakan dapat diterka siapa mereka. Dari langkahnya akan terbuka spidometer keilmuan dan pengalamannya.
Kasus Trofeo Ronaldinho
Ada kisah menarik yang baru saja terjadi persepak bolaan tanah air, yang akhirnya terbongkar keilmuan dan pengalaman penyelenggaranya.
Trofeo Ronaldinho dapat terlaksana, bahkan acaranya disiarkan langsung oleh televisi swasta nasional. Dari apa yang publik sepak bola nasional lihat baik di layar kaca atau media sosial sang empunya acara, ada tiga hal terkait penyelenggaraan Trofeo yang kelihatannya berhasil, tetapi gagal.
Pertama, penyelenggara tentu sudah melakukan audensi dengan berbagai pihak terkait, sehingga stakeholder terkait, semua nampak mendukung acara hingga selesai dan boleh dibilang lancar.
Kedua, pihak pemyelenggara tentu telah melakukan audiensi dengan pihak keamanan, sehingga pihak keamanan dalam hal ini Kepolisian, mengeluarkan Surat Izin penyelenggaraan Trofeo Ronaldinho.
Ketiga, pihak penyelenggara seharusnya mendapatkan Surat Rekomendasi dari PSSI. Dalam Surat Rekimendasi akan ada saran dan arahan agar Trofeo Ronaldinho berjalan sesuai latar belakang, tujuan, dan sasaran.
Sayang, saya menduga, pihak penyelenggara tidak mengajukan Surat Rekomendasi ke PSSI sebagai organisasi resmi yang memayungi, sehingga tidak mendapatkan masukan, arahan, dan saran secara resmi yang tertuang dalam isi Surat Rekomendasi. Terutama menyoal laga trofeo, tetapi bukan laga serius seperti Piala Presiden atau Kompetisi Liga 1. Tidak ada arahan/briefing terutama kepada semua pelatih dan pemain dari tiga Klub yang dilibatkan.