Bukan rahasia lagi, sebuah organisasi olah raga, khususnya sepak bola, bernama PSSI di tingkat pusat, Asosiasi Provinsi (Asprov) di tingkat provinsi, Asosiasi Kabupaten (Askab), dan Asosiasi Kota (Askot) akan dapat bernafas sesuai dengan fungsi dan kedudukannya, bila dalam tubuh organisasi itu sehat. Arti sehat di sini, bergerak sesuai Statuta, ada pemimpin dan pengurus yang kompeten sesuai bidang dan pengalaman. Memahami dan mampu mengaplikasikan dan menjalankan semua rambu-rambu kepemimpinan, keorganisasian, serta didukung oleh stakeholder terkait. Pun didukung sepenuhnya oleh badan organisasi, mulai dari pengurus dan anggota.
Sehingga, guliran roda organisasi akan mendapatkan banyak dukungan, kemudahan, fasilitas, pun suport dari berbagai stakeholder dan berbagai pihak dalam hal anggaran dan lain sebagainya. Tanpa itu semua, mustahil organisasi akan dapat berjalan sesuai visi-misi-tujuan-sasaran, dll.
Terpenting, siapa pun yang duduk dalam organisasi, mulai dari pengurus hingga para anggotanya, wajib ikhlas dan amanah. Tidak menjadikan organisasi hanya sekadar tempat untuk gaya-gayaan, sok-sok-an. Tidak untuk kendaraan kepentingan pribadi, kelompok, golongan, hingga terselubung untuk kepentingan politik.
Sebab, sudah bukan rahasia lagi, di PSSI pusat yang usianya menjelang 93 tahun, ada pihak yang hingga kini terus memanfaatkan organisasi dan duduk di dalamnya, hanya sebagai kendaraan politik, hanya untuk kepentingan pribadi, kelompok, golongan, bahkan hanya sebagai tempat mencari makan.
Karenanya, prestasi Timnas pun terus hanya menjadi sekadar impian publik. Jangankan bersaing di tingkat dunia atau Asia. Tingkat Asia Tenggara saja, masih terus tercecer. PSSI tak pernah memiliki Training Center untuk Timnas. Pondasi sepak bola akar rumput tak diurus. Wadahnya dibiarkan salah kaprah. Tak menanam tapi maunya memetik, gratis lagi.
Dalam anggaran pun, selalu mengandalkan uang rakyat, via stakeholder terkait. Penyebabnya, banyak pengurus yang hanya praktisi, tapi tak kompeten dan tak mumpuni dalam persoalan kepemimpinan, keorganisasian, akademisi, dan persoalan-persoalan mendasar menyoal benang kusut sepak bola nasional, hingga terus tak dapat diurai. Atau malah dibiarkan kusut, karena yang kusut tak memberikan keuntungan bagi mereka, bila diurus.
Agenda lancar, diteima Voter
Bila di PSSI pusat, hingga kini publik sepak bola nasional terus resah dengan kondisinya, hingga bicara prestasi Timnas terus sekadar utopia, khayalan, sebab bicara sepak bola nasional, saya sebut analoginya adalah: PSSI=Voter=Uang=Kepentingan=Politik, maka Kongres Biasa (KB) Askot PSSI Kota Depok, yang diselenggarakan pada Sabtu, 28 Mei 2022 di Gedung Pertemuan Balai Kota Depok L.10, berjalan sejuk.
Agenda KB yang di antaranya ada pembentukan Komite Pemilihan (KP) dan Komite Banding (KB), sebab pada tanggal 23 Juli 2022, akan diselenggrakan Kongres Luar Biasa (KLB) Askot PSSI Kota Depok, bergulir lancar sesuai rundown acara
Menariknya, dalam Sidang KB, semua agenda tak ada satu pun yang tak didukung oleh Voter yang hadir. Bahkan, saat agenda Pemberian Sanksi kepada Anggota Klub karena melanggar aturan. Voter pun sepakat. Sehingga, dalam KB ini, Klub anggota Askot PSSI Kota Depok yang awalnya berjumlah 52 Tim=53 Voter (Divisi Utama, Divisi I, dan Divisi II), berkurang menjadi 45 Tim=45 Voter, plus 1 Voter dari Asosiasi Futsal Kota Depok.
Dengan demikian, Voter yang akan terlibat pada KLB Askot PSSI Kota Depok, 23 Juli 2022 menjadi 46 Voter.