Orang yang sportif dan menjunjung sportivitas, adalah orang yang cerdas intelegensi, cerdas personality, cerdas mengelola emosi, mampu menganalisis salah dan benar, dapat memecahkan masalah, kreatif-imajinatif menemukan solusi, hingga ciptakan inovasi.
(Supartono JW.22052022)
Kritik, masukan, saran, catatan dan sejenisnya sudah dilayangkan oleh berbagai pihak di Indonesia, atas kegagalan Timnas Indonesia U-23 dalam wujudkan mimpi meraih medali Emas SEA Games 2021 Vietnam.
Bila diidentifikasi, penyebab kegagalan pun cukup banyak jumlahnya. Tetapi yang menjadi penting, dari semua catatan atas kegagalan itu, apakah stakeholder dan pihak yang bertanggungjawab akan rendah hati mengakui salah, kemudian memperbaiki masalah dengan mengurai secara komprehensif dan ilmiah? Bukan serampangan? Sehingga benang kusut sepak bola Indonesia, khususnya masalah Timnas dapat diurai.
Pemain bertanggungjawab
Kendati mimpi meraih emas telah gagal, publik sepak bola nasional pun tetap masih banyak yang menaruh harapan kepada para pemain agar dapat bertanggungjawab sebagai pemain yang telah dipilih masuk ke Timnas Indonesia U-23.
Sebab, andai para pemain cerdas TIPS, maka tak harus kalah oleh Vietnam di laga perdana fase Grup dan tak harus kalah oleh Thailand semi final.
Agar para pemain bercermin. Tengok atas kekalahan 0-3 dari Vietnam. Ingat-ingat, bagaimana Vietnam mampu menceploskan 3 gol yang terbilang mudah ke gawang Indonesia di babak kedua. Ingat-ingat, di babak pertama, permainan imbang!
Ingat-ingat bagaimana Thailand menceploskan 1 gol di babak perpanjangan waktu pertama. Siapa yang gagal menjaga daerah, gagal mengontrol bola, dan gagal menjaga lawan!
Bila wasit curang, rasanya sudah biasa. Sebab, seharusnya Timnas dapat pinalti saat pemain belakang Thailand handsball di kotak pinalti. Bila pemain Timnas cerdas TIPS, tentu lebih konsen membikin gol penyeimbang dari pada bikin adegan kampungan.
Namun, yang tak banyak disorot oleh publik adalah gagalnya Asnamwi Mangkualam tampil di babak semi final meladeni Thailand. Peran Asnawi sangat vital karena sangat mumpuni dalam teknik dan speed, tapi Asnawi tak cerdas intelegensi dan personality. Dalam 2 laga sebelumnya, selalu dapat ganjaran kartu kuning, sehingga saat babak semi final, harus nganggur.