Setelah corona reda, minyak goreng langka lalu naik. Mudik diperbolehkan. Tapi barang-barang kebutuhan pokok pun naik. BBM naik. Daging, telor, gas, air mineral, jengkol, dan lainnya, semua naik. Ini siapa biang keroknya? Kok bisa?
Karena sedang dipersiapkan siapa yang nanti jadi PAHLWAN dan rakyat nanti punya hutang budi dan berterima kasih.
Sudah ada kan, berita rakyat akan bahagia karena dapat subsidi BBM seratus ribu mesti itu candaan?
Semua ini skenario. Tapi tidak semua rakyat bodoh. Dan rakyat jelata yamg masih tak pintar, terus jadi korban agar mereka nantinya bisa merasa berhutang budi kepada rezim. Bila harga tak diturunkan, maka akan ada bantuan dari pemerintah, yang uangnya jdari rakyat juga. Oooh skenario kok murah.
Semoga di Bulan yang penuh rahmat, berkah, penuh hikmah, hidayah, dan ampunan, orang-orang yang sukanya bikin kisruh dan gaduh di negeri ini, dibukakan pintu hati dan pikiran yang hanya sibuk dengan urusan duniawi. Rakus harta dan tahta, mengumbar keberanian yang salah jalan dan melawan hukum. Sangat mengesankan sedang menunjukkan kebodohannya sendiri di depan masyarakat bangsa Indonesia hingga bangsa dunia.
Bagaimana tidak, semua kegaduhan dan kerakusan sejak kepemimpinan dalam periode sekarang, dilakukan, benar-benar menciderai hati rakyat Indonesia sampai pada masalah minyak goreng dan jabatan presiden yang digaungkan untuk tiga periode.
Berbagai kebijakan dan UU di buat oleh kolaborasi Parlemen dan Pemerintah, untuk kepentingan siapa, menguntungkan siapa, dan mengamankan siapa? Pembangunan infrastruktur di berbagai pelosok negeri termasuk jalan tol hingga IKN baru, itu untuk membalas dan melayani siapa? Tidak semua rakyat bodoh dan bisa dibodohi, lho?
Sejatinya, khusus untuk masalah jabatan Presiden yang digaungkan untuk jadi tiga periode, siapa pun pihak yang menggaungkan atau yang mengusulkan dan mendukung, sama dengan sedang mempermalukan diri sendiri. Sedang menunjukkan kebodohan dirinya sendiri. Sedang menunjukkan seperti tidak pernah mengenyam bangku pendidikan di sekolah atau kuliah, hanya karena egonya. Mentang-mentang yang didukung, pemimpin dan partainya sedang berkuasa serta koalisinya bisa berbuat semaunya.
Yang lebih memilukan, selain digemborkan oleh para aktor pencari muka dan pencari kursi, ada pihak yang seharusnya bersikap netral, justru ikutan menunjukkan kebodohannya sendiri. Bahkan dukungannya akan dideklarasikan seusai Idul Fitri 1443 Hijriah. Di mana logikanya?
Kok, aparat yang seharusnya menjadi jembatan terbawah dengan rakyat, malah ikutan menjadi aktor politik praktis. Benar-benar salah kaprah. Sampai-sampai memgikrarkan diri bahwa mereka mengatasamakan aparat desa seluruh Indonesia. Benarkah seperti demikian? Tidak ada yang dicatut.
Membangkang konstitusi