Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat dan Praktisi

Tong Kosong, Ilmu Padi, Politik Balas Budi, dan Ketakutan Kehilangan yang Bukan Milik

Diperbarui: 31 Maret 2022   13:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com


Di layar kaca, di media massa, di media sosial, di dunia maya, sampai di dunia nyata, membedakan mana orang-orang yang benar-benar berilmu dan sekadar berlagak berilmu di negeri ini,  kini semakin mudah mengidentifikasinya.

Penuh orator miskin ilmu

Sehingga, mulai dari rakyat jelata, rakyat yang sok tak jelata, rakyat yang sok kaya, kalangan yang sok elite, hingga para pemimpin negeri, mana yang benar-benar tong kosong nyaring bunyinya saja. Mana yang benar-benar nyaring bunyinya, tapi seperti ilmu padi, mudah diketahui.

Mirisnya, beberapa orang yang seharusnya menjadi panutan di negeri ini, justru bicara di ruang publik, benar-benar  seperti tong kosong nyaring bunyinya, dan benar-benar tak membekas jejak seperti ilmu padi.

Peribahasa tong kosong nyaring bunyinya memiliki makna kebalikan dari peribahasa seperti ilmu padi, yaitu makin berisi makin merunduk.

Sejatinya,  kini tong kosong nyaring bunyinya maknanya sudah bergeser, tidak semata diberikan kepada seseorang yang banyak bicara namun tidak memiliki ilmu. Tetapi,  dapat juga ditujukan kepada orang yang ahli dalam menyampaikan pendapat dan mengkritik namun tidak terlalu menguasai bidang atau ilmu yang disampaikannya. Coba, siapa yang sekarang suka melakukan hal begitu di Indonesia?

Seiring dengan semakin banyaknya orang yang tong kosong nyaring bunyinya, namun tidak terlalu menguasai bidang atau ilmu yang disampaikannya, justru orang yang kompeten karena seperti ilmu padi, makin berisi makin merunduk, sekarang benar-benar banyak betulan merunduk. Malas terlibat dengan orang yang tong kosong nyaring bunyinya. Pasalnya, hanya bikin masalah dan buang-buang waktu. Pun banyak mudaratnya.

Banyak di negeri ini, orang yang tidak banyak bicara namun memiliki ilmu yang lebih. Seperti peneliti atau praktisi yang lebih banyak bekerja dan menggali pengetahuan lebih dalam. Karena kurang dihargai di negeri sendiri, mereka malah mengabdikan diri di negeri orang.

Semakin ke sini pun, dalam periode pemerintahan sekarang, Indonesia dipenuhi oleh para orator dan tukang cuap-cuap, yang dasarnya miskin ilmu. baik di dunia maya mau pun nyata, terus membikin kisruh suasana.

Akibat pendidikan, politik balas budi

Inilah akibatnya, bila pendidikan masih terpuruk, entah karena bagian dari skenario mengikuti jejak sikap penjajah kolonialisme atau memang karena ketidakmampuan stakeholder yang seharusnya amanah, dampaknya nyata. Rakyat terus berselimut derita dan berkain ketidakadilan, plus miskin ilmu, hingga mudah dibodohi, dikelabui.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline