Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat dan Praktisi

TSN 2022, Menghargai Pejuang Sepak Bola Akar Rumput Indonesia

Diperbarui: 21 Maret 2022   17:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Supartono JW

Siapa pun yang berjuang di jalan yang benar dan baik demi kemaslahatan umat dengan ikhlas, tak akan pernah terlintas dalam benak hati dan pikirannya untuk mencari keuntungan dan kepentingan pribadi. Bila pada suatu saat ada orang lain yang menghargai, itu bukan karena orang lain, tetapi penghargaan itu karena perbuatan benar dan baiknya telah bermanfaat bagi orang lain. (Supartono JW.21032022)

Menghargai pejuang yang benar

Sekolah Sepak Bola (SSB) atau Diklat Sepak Bola (DSB), atau Akademi Sepak Bola (ASB) di Indonesia, boleh saja menjamur. Namun, sebagai praktisi sekaligus pengamat sepak bola nasional, saya tahu persis mana SSB/DSB/ASB dll yang benar-benar, benar dan memenuhi syarat akan keberadaannya.

Mirisnya, banyak di antara SSB/DSB/ASB yang tetap percaya diri dan langsung eksis dalam hutan belantara sepak bola akar rumput Indonesia. Langsung dapat terlibat dalam berbagai festival/turnamen/kompetisi, sebab panitianya juga butuh eksis dan butuh peserta tanpa pandang bulu.

Lebih miris, banyak di antara mereka, karena tak paham visi-misi-tujuan sepak bola akar rumput, menabrak semua etika dan regulasi, demi gengsi dan ambisi, maka event apa pun yang diikuti, yang dikejar adalah prestasi juara dengan menghalalkan segala cara. Tak peduli siswa/pemain yang digunakan bukan hasil didikkanannya. Sehingga muncul. budaya di Indonesia, banyak pesepak bola usia dini dan muda, memiliki seribu bendera.

Orang Tua yang merasa anaknya mampu bermain bola baru sebatas teknik dan speed, estafet mencari SSB/DSB/ASB yang ambisi mencari prestasi, sehingga anaknya dapat ditampung dan ikut festival/turnamen/kompetisi gratis. Di sinilah nampak kecerdasan intelegensi dan personaliti para pengurus SSB/DSB/ASB serta orang tua  yang jauh di bawah nilai rapor kompetensi standar.

Jadilah, sepak bola akar rumput Indonesia terus berkubang dalam sengkarut dan benang kusut yang tak kunjung dapat diurai.

Harus disadari bahwa berjuang dan memperjuangkan keberadaan sepak bola akar rumput yang benar, penuh kompetensi dan kualitas bukan perkara mudah. Namun demikian, saya tetap dapat mencatat dan mengidentifikasi, mana SSB/DSB/ASB yang sesuai standar dan keberadaannya memenuhi syarat.

Untuk itu, Turnamen Sepak Bola Nasional (TSN), adalah wadah yang saya buat untuk menghargai dan mengapresiasi keberadaan SSB/DSB/ASB yang saya anggap keberadaannya memenuhi syarat, sekaligus sebagai ajang silaturahmi dalam bentuk turnamen.

Semoga TSN 2022 SSB Sukmajaya berjalan sesuai rencana dan kembali sukses. Bermanfaat bagi pembinaan sepak bola murni, bermanfaat bagi siswa masuk sekolah/kuliah formal negeri dengan bekal sertifikat turnamen. Mamacu semangat para SSB/Diklat yang kini terpilih untuk lebih berkualitas dalam melaksanakan program pendidikan dan pelatihannya, pun bagi SSB/Diklat lain yang belum terpilih tahun ini, sehingga dapat terpilih untuk Penghargaan dan Turnamen tahun 2023. Aamiin.

Peserta TSN 2022

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline