Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat dan Praktisi

Asesmen Nasional, Bagaimana Persiapannya?

Diperbarui: 26 Agustus 2021   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Kompas.com


Asesmen Nasional (AN) belum dimulai, tetapi nampaknya sudah ada kegelisahan beberapa pihak menyoal persiapan AN sebelum dilaksanakan. Padahal, AN tidak sama dengan ujian nasional (UN) baik dari sisi fungsi maupun substansi. AN juga bukan sistem evaluasi untuk individu siswa karena evaluasi kompetensi peserta didik menjadi tanggung jawab guru dan sekolah.

Kegelisahan ini terdeskripsi dengan adanya fakta bahwa seperti telah dirilis berbagai media, Kepala Badan Standarisasi, Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbud Anindito Aditomo, S.Psi., M.Phil., Ph.D, sampai mengungkapkan, siswa yang terpilih mengikuti asesmen nasional atau AN 2021 tidak perlu mengikuti bimbingan belajar (bimbel) sebab tidak ada keperluan sama sekali untuk menyiapkan diri supaya skornya bagus.

Artinya AS belum dipahami?

Atas deskripsi itu, apakah artinya AS belum dipahami sepenuhnya? Karena masih saja ada yang perlu menyiapkan diri sampai membawa-bawa bimbel?

Pasalnya, yang perlu disiapkan terkait AN, jelas Anindito, satu-satunya adalah melakukan persiapan teknis yang dilakukan oleh proktor, pengawas, dan dinas pendidikan. Bukan oleh guru dan murid yang berlomba-lomba untuk meningkatkan skornya. Bahkan, Kemendikbud Ristek telah menyediakan informasi melalui laman https://pusmenjar.kemdikbud.go.id.

Namun, meski laman tersebut sudah diakses hingga 18 juta akses unik. Siswa, guru, dan orangtua bisa mencoba soal-soal AKM, baik literasi maupun numerasi. Lalu, ada lebih dari 500 soal yang disediakan untuk publik. Ada juga buku saku, tanya jawab, video pembelajaran, dan video mengenai protokol kesehatan. Semua informasinya ada di dalam laman Pusmenjar, sehingga siswa tidak perlu ikut bimbel. Tetap saja masih banyak yang salah tafsir menyoal AN.

Perlu digarisbawahi, bila hanya sekadar ingin melihat contoh soal dan mengalami atau mencoba sendiri, di laman itu sudah disediakan secara gratis. Hal Ini sekaligus mengurangi sumber daya tambahan untuk mempersiapkan AN.

Dari kasus AN ini, karena masih banyak yang belum paham dan memahami, selain bimbel dibawa-bawa, lebih miris, Mendikbud Ristek Nadiem Makarim malah mendengar laporan adanya sekolah yang meminta muridnya membeli laptop untuk latihan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) yang merupakan salah satu bagian dari AN. Kok bisa?

Nadiem pun mengungkapkan lebih jauh bahwa persepsi itu salah karena kebutuhan laptop tidak diperlukan mengingat AN merupakan pemetaan untuk melihat tren evaluasi pembelajaran dalam kurun waktu tertentu. Untuk meningkatkan AKM dalam hal literasi, peserta AN sebaiknya membaca buku, koran, majalah sebanyak-banyaknya. Sedangkan untuk meningkatkan kompetensi numerasi, tidak ada jalan pintas selain meningkatkan kemampuan berpikir kritis murid-murid secara sistematis. Itu semua butuh proses dan memang tidak dapat dibimbelkan.

Terlebih secara teknis, AN yang di dalamnya ada AKM, akan disampaikan melalui platform yang saat ini tengah dirancang Kemendikbud Ristek yang diberi nama platform Rapor Pendidikan.
Wadah ini akan memudahkan kepala sekolah dan dinas pendidikan untuk memahami dan mencerna hasil AN serta berbagai data lainnya.

Namun, di rapor itu tidak ada skor murid, skor guru, maupun kepala sekolah secara individu karena tujuannya mendorong refleksi dan evaluasi diri. Selain itu, untuk mengurangi tekanan terhadap hasil AN, skor sekolah hanya bisa dilihat oleh sekolahnya masing-masing dan dinas pendidikan yang menaunginya.
Kepala sekolah lain tidak bisa melihat skor sekolah lain. Hasil yang ditampilkan akan menghindari ranking dan pelabelan negatif bagi sekolah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline