Sejatinya saat menulis artikel dengan judul Kota Depok Duduki Kasus Aktif Covid-19 Terbanyak di +62, saya ragu. Maka, di akhir judul saya kasih tanda tanya (?).
Keraguan saya terbukti, hanya berselang satu hari setelah, konferensi pers yang disiarkan melalui kanal YouTube BNPB Indonesia, Kamis (5/8), oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, yang mengumumkan bahwa secara nasional, ada lima besar kabupaten/kota yang memiliki kasus aktif tertinggi dan Kota Depok sebagai urutan pertama dengan jumlah 27.389 kasus aktif, pernyataan Wiku dibantah.
Bantahan langsung disampaikan oleh Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kota Depok, Dadang Wihana yang mengatakan kasus aktif di Depok bukanlah yang tertinggi di tingkat nasional.
Dadang menyampaikan data yang dilaporkan oleh Wiku, Satgas Covid-19 pusat belum menunjukkan keadaan yang sebenarnya terjadi di Depok. Ia juga mengatakan ada selisih, atau gap antara data pusat dan daerah sehingga terlihat Kota Depok memiliki kasus aktif yang tinggi.
Selisih signifikan
Bahkan saya kutip dari CNNIndonesia.com, Jumat (6/8/2021), Dadang mengungkapkan, data yang dirilis Jubir Satgas Covid-19 pada Kamis (5/8/2021) adalah data yang belum mencerminkan kota Depok. Ada selisih 17.871 orang dari data Satgas Kota Depok. Yang benar, saat ini kasus aktif di Depok ada 9.518 kasus, namun data pusat mencatat ada 27.389 kasus aktif.
Dengan demikian ada selisih atau gap yang siginifikan. Mengapa hal ini terjadi? Padahal laporan dari Satgas Covid-19 nasional menjadi acuan untuk Indonesia. Jangan-jangan, apa yang selama ini dicurigai oleh berbagai pihak bahwa data-data dari Satgas Covid-19 nasional tak valid atau bahkan banyak rekayasa entah demi apa, ternyata bisa jadi benar.
Bila data aslinya hanya 9.518 kasus tetapi data dipusat disulap menjadi 27.389, artinya selisihnya 17.871 orang. Ini luar biasa. Kok bisa, selisihya sangat bombastis? Apa mungkin salah ketik?
Peristiwa ini jadi mengingatkan hitungan perolehan suara saat pemilu yang kabarnya juga ada pihak yang menyulap perolahan suara tidak seperti fakta di lapangan. Hmmm.
Bahkan, terkait gap data ini, Dadang mengaku sudah pernah menyampaikan sejak lama kepada Satgas Covid-19 pusat. Namun hingga kini permasalahan perbedaan data ini masih sering terjadi, terutama di Kota Depok.
"Kondisi kesenjangan data ini sudah sering saya sampaikan pada Satgas Pusat dari tahun 2020, tapi pusat kurang peka terhadap gap data yang semakin tinggi," kata Dadang.