Selalu ikhlas dan rendah hati, meski Idul Adha di tengah pandemi, di baliknya akan ada hikmah-berkah mengiringi. (Supartono JW.20072021).
Ikhlas itu bersih hati, tulus hati. Lalu, rendah hati adalah tidak sombong tidak angkuh. Maka, bila kita menjadi golongan manusia yang senantiasa bersih hati dan tulus hati, maka dengan sendirinya mengalir sikap dan sifat dalam diri yang tidak sombong dan tidak angkuh.
Sifat-sikap ikhlas dan rendah hati, dalam setiap langkah perbuatan seseorang, balasannya tentu akan ada hikmah, yaitu kebijaksanaan dari Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam bentuk berkah. Berkah atau karunia Allah yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia, datangnya juga hanya Allah yang Maha tahu sesuai kebijaksanaanNya.
Sehubungan dengan sifat ikhlas dan rendah hati dalam diri manusia, serta hikmah dan berkah yang datangnya dari Allah, bila kita kaitkan dengan kondisi sekarang, tentu akan sangat signifikan.
Pandemi corona masih menguasai dunia dan bahkan Indonesia. Indonesia malah menjadi episentrum, titik pusat penyebaran Covid-19 yang terus belum dapat terkendali.
Apakah nasib Indonesia terkini, akibat dari sifat-sikap para manusianya yang kurang dalam hal ikhlas dan rendah hati? Sehingga hikmah dan berkah dari Allah belum direalisasi, corona enyah dari Bumi Pertiwi?
Karenanya, perayaan ibadah Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah pada 20 Juli 2021, pun harus tetap dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang lebih bertambah ketat. Bahkan di tengah program PPKM darurat yang dibikin pemerintah.
Idul Adha=pengorbanan
Sejatinya, sudah sangat dipahami khususnya oleh umat muslim di seluruh dunia, bahwa hikmah dari Hari Raya Idul Adha adalah pengorbanan dan kemanusiaan.
Secara universal, dalam setiap Idul Adha, pengorbanan dan kemanusiaan menjadi pesan yang aktual, tak lekang oleh waktu, dan tetap sesuai di setiap perkembangan zaman.
Oleh karena itu, dalam momentum Hari Raya Idul Adha 1442 Hijriah, Indonesia yang kini menjadi episentrum penyebaran corona di dunia, pemerintah dan rakyat wajib mawas diri.