Pandai bersyukur, mengingat segala kebaikan, berterima kasih atas kesempatan, prioritas, dan fasilitas yang pernah didapat, lalu berpikir berbuat yang berguna dan bermanfaat, itu lebih dari sekadar tindakan balas budi. (Supartono JW.08062021)
Orang-orang yang sejak dilahirkan telah berbakat menjadi orang yang pandai bersyukur dan pandai berterima kasih kepada dirinya sendiri dan kepada orang lain, akan terus terjaga kepandaian bersyukur dan berterima kasihnya, bila apa yang ada di dalam jiwanya terus terjaga, tertempa, terasah, terdidik, hingga berkembang secara simultan, serentak.
Orang Iseaki, pengertian
Apa yang ada di dalam jiwanya itu adalah kondisi intelegensinya, sosialnya, emosionalnya, analisisnya, kreatif-imajinatifnya (daya inovasi), dan imannya (Iseaki).
Seimbang dan berkembangnya Iseaki seseorang yang bergerak serentak, maka menggaransi di dalam diri seseorang akan terus tertanam dan tersemai karakter luhur budi. Sehingga, orang-orang yang beruntung ini akan terus mampu menjaga dan mengontrol sikap sosialnya, sikap emosionalnya, kemampuan analisisnya, jiwa kreatif-imajinatif-inovatifnya, karena berpondasi kecerdasan intelegensi yang ditopang keimanan yang kokoh.
Bila saya analogikan dengan nilai rapor, maka orang-orang tersebut memiliki nilai
Intelegensi= 80-100
Sosial=80-100
Analisis=80-100
Kreatif-Imajinatif-Inovatif=80-100
Iman=90-100
Karenanya, golongan orang-orang tersebut akan nyata dalam perilaku sopan-santunnya, etikanya, empati dan simpatinya, tahu dirinya, mengukur dirinya, rasa pedulinya, berbesar hatinya, serta kerendahan hatinya.
Tak ada perilaku yang ditumpangi skenario dan penyutradaraan untuk hidup dalam drama dan sandiwara. Hidup berpura-pura dan penuh kepalsuan. Karena kecerdasan otaknya serta kokohnya iman di dalam dirinya, terus mampu menjaga kecerdasan emosinya. Mampu menganilisis benar dan salah, baik dan buruk, mampu mengawal sikap sosialnya, bahkan terus berkembang sikap kreatif-imajinatif-inovatifnya, sampai tak menyisakan ruang di dalam jiwanya untuk hal-hal negatif, buruk, dan kesalahan.
Sebab itu, orang-orang yang demikian, di dalam dirinya akan terus tertanam dengan subur jiwa pandai bersyukur dan berterima kasih.
Tak akan ada orang lain yang sampai mengungkit soal balas budi, karena dalam setiap detik, orang-orang yang pandai bersyukur dan berterima kasih itu, dengan sendirinya akan terus PENGERTIAN, tahu diri, dengan terus membalas budi kepada orang-orang yang telah membantunya, menolongnya, dan lain sebagainya, dengan sikapnya, bukan dengan harta bendanya.
Mustahil mengantar dirinya menjadi manusia licik, yang di setiap langkah hidupnya hanya dipenuhi pikirin jahat, penuh intrik-taktik, kebohongan, alasan dan alasan, hanya untuk kepentingan dirinya.