Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat dan Praktisi

Menjadi Promotor yang Benar dan Baik di Tempat atau Komunitas Kita

Diperbarui: 23 Mei 2021   08:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com


Jadilah promotor (penganjur, pendorong) yang baik di setiap tempat atau komunitas apa pun yang Anda ada di dalamnya. Bukan sebaliknya malah menjadi promotor negatif yang membahayakan tempat atau komunitas.

Selama ini, sangat sering kita lihat fakta, tempat atau komunitas mulai dari lingkungan terkecil dalam keluarga, lingkungan masyarakat, tempat kerja, instansi, perkumpulan, grup, dll.

Hingga lingkungan besar dalam kehidupan bernegara dan berbangsa yaitu di parlemen dan pemerintahan terjadi masalah/persoalan/kisruh/perselisihan/salahpaham hingga terjadi konflik atau dihancurkan oleh orang-orang yang berada di luar tempat atau komunitas, yaitu oleh golongan dan kelompok lain yang menjadi seteru, pesaing, lawan, dll.

Namun, banyak pula fakta bahwa tempat atau komunitas menjadi hancur karena para individu di dalamnya, justru menjadi promotor negatif yang menggembosi keberadaan tempat atau komunitas dimaksud.

Contoh-contoh

Ambil contoh yang besar misalnya. Di dalam pemerintahan Indonesia sekarang,  ada individu-individu yang justru sering tampil ke hadapan publik, bukan mendinginkan suasana saat ada kebjikan dan peraturan yang jadi polemik atau ada peristiwa dan kejadian yang membikin kisruh dan keruh. Tetapi malah menambah panas dan keruh suasana.

Jelas, individu ini ternyata bukan promotor yang baik, tapi justru berperan sebagai promotor negatif karena yang ada di kepalanya hanya berpikir kepentingan dan keuntungan pribadi. Sehingga dampak perilakunya justru terbaca sebagai penjilat dan malah menciderai pemerintahan di mata rakyat.

Ada juga individu yang cari aman, tak muncul dan tampil di hadapan publik, agar dirinya tak terseret masalah, meski seharusnya dia bisa menjadi promotor yang baik untuk menjaga citra pemerintahan.

Contoh yang kecil, dalam sebuah keluarga, sudah tentu seorang bapak atau ayah tentu wajib menjadi panutan para istri dan anak-anaknya. Tetapi, banyak fakta, istri terus melawan suami, anak tak patuh pada orang tua. Sehingga, setiap masalah kecil yang timbul dalam keluarga yang seharusnya mudah dijinakkan, justru menjadi besar dan melebar.

Ini terjadi karena seorang bapak atau ayah sering tak dihargai oleh para istrinya sehingga perilaku istri, ditiru dan dicontoh oleh anak-anaknya. Para istri yang demikian, kebanyakan meski cerdas intelegensi dan emosi, tapi jauh dari kehidupan siraman rohani. Dan, akan semakin parah, di dalam rumah akan menjadi seperti neraka, karena istri tak cerdas intelegensi dan emosi.

Keadaan juga akan tambah parah jika istri merasa lebih hebat dari suami dalam hal pendidikan dan keuangan. Tak ada lagi istilah suami adalah imam dalam keluarga. Semua diterabas, di lawan. Anggota dalam keluarga pun tak akan menjadi promotor yang baik untuk keluarganya, khususnya di mata tetangga sekitarnya, karena semua malah menjadi penyumbang masalah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline