Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat dan Praktisi

Menebak Kisah di Balik Larangan Mudik, Tak Sekadar Masalah Corona

Diperbarui: 5 Mei 2021   17:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com


Tanggal 5 Mei 2021 adalah hari terakhir batas masyarakat dapat lolos pulang kampung atau mudik, sebab mulai 6-17 Mei 2021 larangan mudik lebaran sudah berlaku.Pertanyaan masyarakat adalah bagaimana setelah batas larangan mudik terlewati? Berarti tanggal 18 Mei, masyarakat sudah kembali bebas mudik atau bebas melakukan perjalanan lintas daerah?

Sebab, sejak larangan mudik di tetapkan, lalu disosialisasikan dan dipublikasikan kepada masyarakat, sejak peraturan dipublikasi, masyarakat pun berbondong mudik hingga tangga 5 Mei 2021. Kira-kira sudah berapa juta masyarakat yang melenggang sampai ke kampung halaman? Sebab dari hasil survei, puluhan juta masyarakat tetap memaksa ingin mudik.

Pertanyaannya, apakah survei benar-benar untuk ingin tahu sikap masyarakat yang ingin pulang saja? Atau tujuan sebenarnya untuk mengkalkulasi berapa test corona yang bisa dijual, juga tiket kereta dan pesawat yang tetap akan dibeli?

Atau jangan-jangan hasil survei juga digunakan untuk menggiring opini masyarakat, hingga yang tadinya tidak ingin mudik jadi tergugah ingin mudik?

Lalu, atas kondisi itu, sesuai hasil survei sudah ada berapa klaster corona baru di kampung-kampung? Belum lagi, pasar-pasar tradisional dan mal di kota-kota yang menjadi tujuan pemudik, tentu juga akan menjadi pusat kerumunan masyarakat setempat plus pemudik demi belanja kebutuhan lebaran.  

Belum lagi, area wisata di daerah juga nanti akan dibuka. Jadi, kira-kira akan ada berapa banyak klaster corona baru dari kebijakan larangan mudik yang sepertinya memang ada rencana pihak tertentu mengambil untung di dalamnya?
Klaster-klaster corona baru yang terus bermunculan pun, kini bak jamur.

Mungkinkah skenario cari untung?

Sejak awal muncul berita larangan mudik sampai jadi kebijakan yang ditetapkan, banyak pihak yang sudah memberikan kritik dan masukan. Sayangnya, kritik dan masukan dari berbagai pihak itu, hanya numpang lewat. Masuk telinga kiri, ke luar telinga kanan, karena mungkin, ini hanya skenario saja demi tujuan lain.

Saat awal masyarakat tahu, ada kebijakan larangan mudik, selain masyarakat kecewa atas kebijakan itu, masyarakat juga sudah menebak, pasti pemerintah akan plin-plan, tak seketat yang digemborkan, dan tetap memberikan celah keuntungan di sektor tertentu, namun tetap saja rakyat kecil yang dikorbankan.

Bila pada akhirnya masyarakat abai, tak peduli, dan tak patuh pada peraturan pemerintah, semua itu terjadi karena sikap pemerintah sendiri.

Mungkin kisah ini, memang tujuannya agar masyarakat kecewa dan terus menentang pemerintah, lalu memaksa mudik. Nah, saat memaksa mudik itu dibikin syarat yang juga membawa keuntungan pihak tertentu. Dan, ternyata berhasil, ada pihak yang terus mengeruk keuntungan.

Di sisi lain, sektor pusat belanja, itu juga target masyarakat di bulan ramadhan dan jelang lebaran, jadi juga ada titipan dari pihak yang berkepentingan di bidang ini memanfaatkan kondisi masyarakat yang sudah termakan berbagai kekecewaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline