Tak ada jalan buntu, sebab selalu ada jalan baru. (Supartono JW.24042021)
Dalam kehidupan nyata, sering kita temui jalan yang kita lalui buntu, tertutup salah satu ujungnya (jalan, pipa, dan sebagainya); terhalang (oleh sekatan dan sebagainya); tersekat; tersuntuk (tentang akal, pikiran, dan sebagainya), namun selalu saja ada jalan lain, jalan baru yang membikin kita mampu ke luar dari keadaan dan kondisi buntu itu, karena sebagai manusia yang lahir ke dunia, kita dibekali modal intelegensi, sosialisasi, emosi, analisis, kreatif-imajinatif, dan iman (ISEAKI).
Bersyukur sebagai manusia
Bersyukurlah bahwa sebagai manusia yang terlahir telah ada bekal ISEAKI yang ada dalam hati dan jiwa, maka tergantung dari setiap individu manusia apakah akan mampu mengembangkan ISEAKInya atau tetap membiarkan ISEAKI dalam dirinya terpuruk dan tak berkembang, atau berkembang tapi ke arah yang negatif dan ke jalan yang salah.
Arah perkembangan ISEAKI seseorang, pun dapat dipengaruhi oleh latar belakang keluarganya, keimanan-agama, dan pendidikannya, hingga kemampuanya beradaptasi dan bersosialisasi dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dunia kerja, hingga kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ada yang ISEAKInya sangat berkembang dan tak pernah menemui jalan buntu dalam setiap langkahnya, sampai-sampai bisa jadi penguasa negeri dan dikelilingi orang-orang yang berkubang dalam intrik, taktik, dan politik, terus hidup hedon di atas penderitaan orang lain, rakyat. Sebab, masih banyak rakyat yang tak dapat mengembangkan ISEAKInya, hingga susah ke luar dari penderitaan, terus ada dalam situasi jalan buntu.
Karenanya, bila pada kesempatan ini coba saya berkisah tentang jalan buntu, yang hampir pasti pernah dialami oleh setiap manusia, maka karena ISEAKI yang berkembang, siapa pun tentu akan dapat menemukan jalan baru yang dapat membantu dirinya ke luar dari jalan buntu, ke luar dari masalah, ke luar dari keterpurukan.
Jalan baru karena diri dan orang lain
Kehidupan di dunia yang penuh dinamika, terus bergerak, terus berputar, tak pelak akan mengantarkan setiap kita pada sesuatu yang sesuai keinginan, harapan, dan cita-cita kita. Sebaliknya, juga membawa kepada harapan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Bahkan,, kita akan lebih sering menemui sesuatu yang tak sesuai dengan keinginan dan kita berpikir sedang buntu.
Untuk itu, agar kita tak merasa ada dijalan buntu, maka sebagai manusia, kita harus terus berjuang mengembangkan ISEAKI kita, sehingga dapat cerdas berpikir, cerdas bersosialisasi, cerdas emosi, cerdas menganalisis, kreatif, imajinatif, dengan pondasi iman yang kuat. Sehingga dapat selalu membuka pikiran dan hati saat dalam kondisi susah, menderita dan buntu.
Dan, terpenting, manusia di dunia tak dapat hidup sendiri. Ada.orang lain yang sangat berperan dalam setiap langkah kesuksesan maupun kegagalan kita. Di antaranya keluarga kita, teman, sahabat, rekan kerja, dan orang-orang yang kita cintai dan menyayangi kita.