" Tidak ada satupun yang bisa menghentikan kemarahan laut !" Kata Kapten kapal Billy Tyne ( George Clooney ). Ketika kemarahan itu muncul, maka pergilah para burung burung hitam. Segumpal punggung gelap akan menghancurkan siapapun. Lanjutnya. Itulah potongan dialog pendek dari film Perfect Storm. Sebuah film yang berangkat dari kisah nyata, karya Wolfgang Petersen. Film tentang amuk laut, yang siapapun tak akan bisa mencegahnya. [caption id="attachment_161242" align="alignright" width="246" caption="Kampung Sampela Wakatobi penakluk ombak laut ( foto Tonny Trimarsanto )"][/caption] Ganasnya laut, memang tak bisa ditaklukan. Tak ada seorangpun yang bisa memprediksi, bahwa ombak laut bisa membunuh -kapanpun. " Ketika kamu menjadi takut, maka ketakutan itu akan lebih menakutkan dari kenyataan itu sendiri. Dan ketakutan itu akan menjadi kenyataan terburuk bagimu !" Inilah perkataan bijak Bohdi ( Patrick Swaezy) kepada Johny Uttah (Keanu Reeves). Bohdi, mencoba meyakinkan Johny untuk bisa menaklukan ombak lau. Dan penantian 10 tahun Bohdi untuk menaklukan ombak laut Pasifik, ia lakukan. Itulah sepenggal kisah dari film Point Break, film tentang peselancar yang berusaha menaklukan laut. Film karya Kathryn Bigelow ini, cukup sukses era 1990-an. Dengan bujed sebasar USD 24 juta, namun mampu menghasilkan keuntungan bersih sebanyak USD 97 juta. Kitapun disodori oleh fakta fakta laut yang penuh misteri. Di dalamnya menyimpan : sejuta mitos -bisu-, yang tak terjawab. Kemurkaan dan keangkuhan, namun menyimpan kesejahteran, melekat dalam tubuh : laut ! Kisah kisah laut, tak akan pernah selesai untuk dituturkan. Seperti sebuah kotak pandora, penuh misteri dan teka teki. Teka teki laut, membuat saya kagum. Ketika saya menyusuri kehidupan masyarakat Bajo, kekaguman itu terungkap. Saya bertemu dengan sosok sosok yang biasa berjalan di dasar laut. Tidak saja berjalan. Mereka menari dengan komposisi ritmik dan artistik di dasar laut. Itulah anak anak Bajo, yang sejak kecil sudah melakukan penaklukan dasar laut. [caption id="attachment_161241" align="alignleft" width="269" caption="Anak anak Sampela Kaledupa Wakatobi penakluk dasar laut (foto Tonny Trimarsanto)"]
[/caption] Mereka sejak kecil sudah diajar untuk menjaga laut. Mengambil yang boleh dan tidak dari dasar laut. Mereka percaya bahwa dasar laut mempunyai roh. Punya spirit untuk melahirkan kesejahteraan. Mereka tak akan pernah mau mengangkap lumba lumba. Karena lumba lumba adalah teman dan penyelamat nelayan. Lumba lumba adalah jiwa yang senantiasa menunjukan ada arah mata kehidupan dan kesejahteraan. Mereka tak akan mengambil telur ikan. Mereka tak akan mau menangkap ikan ikan kecil. Karena ikan ikan kecil inilah yang punya masa depan. Anak yang berjalan di dasar laut, (seharusnya) membuat banyak kalangan belajar. Sadar akan sikap arif bagi kelangsungan masa depan bumi, juga yang hidup di dalamnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H