Kekuatan media hiburan, khususnya film layar lebar maupun sinetron, telah lama terbukti mendongkrak popularitas sebuah destinasi wisata. Dan tentu saja, pada gilirannya ikut menginspirasi wisatawan pun mengunjunginya. Tidak hanya di tanah air, tetapi juga di mancanegara.
Pulau Belitung, misalnya, pernah sangat tenar setelah meledaknya novel karya Andrea Hirata dan film adaptasinya Laskar Pelangi yang digarap sutradara Riri Riza. Wisatawan domestik pun menyerbu pantai-pantai indah di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung itu. Branding Laskar Pelangi bak garansi sukses setiap lokasi wisata di sana.
Namun demikian, tetap saja banyak yang terkejut dengan meroketnya nama Cappadocia di Turki belakangan ini. Pasalnya, destinasi wisata di wilayah Anatolia Tengah itu sejatinya bukan lokasi syuting serial Layangan Putus. Nama Cappadocia hanya muncul dalam beberapa dialog antara pemeran utama di sinetron tersebut.
Bandingkan dengan banyak sekali film Indonesia lainnya yang jelas syuting di luar negeri. Sebut di antaranya, Negeri Van Orange di Amsterdam-Belanda, Winter in Tokyo di Jepang, Surat dari Praha di Ceko dan sebagainya. Tetapi, tidak satu pun kota di film-film itu menimbulkan kehebohan seperti Cappadocia dalam Layangan Putus saat ini.
Viralnya sebuah destinasi wisata memang kerap tidak terduga. Ada destinasi wisata lain yang sudah dijadikan lokasi syuting di film-film laris sekali pun belum tentu meraih ketenaran yang sama. Apalagi kalau hanya muncul lewat sepotong dialog.
Indonesia sendiri sebetulnya pernah dipilih oleh beberapa produsen film Hollywood sebagai lokasi syuting film-film mereka. Dari hutan mangrove di Kalimantan hingga Desa Ubud di Pulau Dewata Bali. Beberapa di antaranya bahkan tergolong film-film box office yang sangat populer.
Sebagian lokasi syuting film King Kong (2005), misalnya, konon dibuat di Pulau Mursala. Sebuah pulau kosong yang berlokasi tidak jauh dari Sibolga di Sumatra Utara. Setidaknya, jika dilihat dari kapal yang digunakan ekspedisi ke Skull Island tersebut memang mengarah ke Indonesia.
Lihat saja nama kapal yang terpampang di buritannya, yakni Venture - Surabaya . Namun, harus diakui, sebagian besar lokasi utama film besutan sutradara Peter Jackson itu berada di Selandia Baru. Well, jika penasaran, yuk nonton lagi film ini. Dan temukan di bagian mana film tersebut yang disebut-sebut sebagai Pulau Mursala. :)
Sama seperti King Kong , film legendaris lainnya, yakni Anacondas: The Hunt for the Blood Orchid pun menyimpan misteri soal lokasi persis film tersebut dibuat. Film yang dirilis pada tahun 2005 itu disebut mengambil lokasi syuting di sebuah hutan mangrove dan sungai besar di Pulau Kalimantan.
Setidaknya, nama Borneo (Kalimantan) disebutkan beberapa kali. Begitupun di beberapa adegan film, terlihat nama tempat dan sepotong dialog dalam bahasa Indonesia. Tetapi, yang membingungkan, lokasi ekspedisi mencari anggrek darah itu tertulis Provinsi Padrang yang tentu saja tidak pernah ada di Kalimantan.