Lihat ke Halaman Asli

Tonny Syiariel

TERVERIFIKASI

Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Tren Wisata Tahun 2022: Di Indonesia Saja!

Diperbarui: 4 Januari 2022   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Desain via Canva (sumber gambar: insynconline.net)

Situs-situs perjalanan ternama telah menggelar prediksi tren perjalanan wisata di tahun 2022 ini. Mulai dari situs global sekelas Travel+Leisure hingga situs lokal seperti Pegipegi. Tentu saja, tren berwisata di negara adidaya AS belum tentu sama dengan tren berlibur di Indonesia. Bukan soal destinasi yang dituju saja, tetapi gaya bepergian pun tentunya berbeda. 

Di Amerika Serikat (AS), misalnya, dua pertiga warga Amerika yang hendak bepergian di tahun ini merencanakan suatu "Big Trip". Suatu perjalanan besar yang lebih dari semua perjalanan sebelumnya. Temuan ini mengacu pada "The 2022 Travel Trends Reports" yang dirilis Expedia pada Desember 2021 lalu.

Gaya berwisata yang disebut Expedia sebagai sikap "GOAT" (Greatest of All Trips) ini juga bakal dijalani wisatawan asal Singapore di tahun ini.

Expedia sendiri dikenal sebagai perusahaan perjalanan berbasis teknologi terkemuka asal AS. Perusahaan ini mengelola sejumlah situs pencarian jasa wisata dan hotel, antara lain Expedia.com, Hotels.com, dan Orbitz.

Kesibukan di sebuah bandara. Sumber: www.travelandleisure.com

Maklum, setelah lama terkurung, kini saatnya melakukan perjalanan. Dan bukan sekedar perjalanan wisata biasa, tetapi "A Travel of a Lifetime". Dan sama dengan riset lainnya yang memprediksi tahun 2022 dengan sebutan "Travel Less, Travel Better". Boleh saja lebih sedikit berwisata, tetapi sekali bepergian harus lebih baik dari sebelumnya.

Meskipun memiliki preferensi berbeda, tetapi melihat situasi global yang masih tidak menentu, pilihan bepergian sejatinya masih terbatas. Banyak destinasi global masih tertutup untuk kunjungan wisata. Sementara yang sudah dibuka pun menerapkan protokol kesehatan super ketat.

Belum lagi sewaktu-waktu, otoritas di negara tujuan bisa saja merubah aturan perjalanan sesuai perkembangan naik-turunnya penyebaran covid-19. Wisatawan pun dituntut untuk mempertimbangkan semua potensi resiko dengan cermat. Hope for the best, but prepare for the worst.

Sertifikat Safe Travels yang dikeluarkan WTTC. Sumber: www.wttc.org

Apalagi, setali tiga uang dengan kampanye dari WHO, badan pariwisata dunia seperti "World Travel and Tourism Council (WTTC)" pun terus menghimbau semua pelaku pariwisata menerapkan perjalanan wisata yang aman. WTTC, yang juga didukung "United Nations World Tourism Organization (UNWTO)" bahkan telah mengeluarkan sertifikat "Safe Travels" bagi pelaku pariwisata.

Sertifikat ini menjadi semacam acuan bagi wisatawan untuk mengenali industri yang telah mengadopsi prokes berstandar global di era New Normal. Dalam skala nasional, "Safe Travels" bisa disamakan dengan Sertifikasi "Cleanliness, Health, Safety, Environment Sustainability (CHSE)" yang telah diterapkan di industri perhotelan dan berbagai destinasi wisata di tanah air.

Contoh Sertifikat CHSE yang menjadi rujukan wisatawan. Sumber: www.hotelnikkobali-benoabeach.com

Berdasarkan berbagai perkembangan terkini serta temuan perubahan perilaku wisatawan, maka tahun 2022 ini akan menyaksikan suatu tren berwisata yang berbeda. Suatu perjalanan wisata yang tidak semata 'balas dendam' setelah terkurung sekian lama (Revenge Travel).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline