Indonesia masih berselimut duka. Jatuhnya Sriwijaya Air di perairan Kepulauan Seribu pada Sabtu lalu, tidak hanya berdampak ke bisnis penerbangan di tanah air. Musibah itu sekali lagi mengerek turun nilai saham Boeing di pasar modal. Persis sama seperti pasca jatuhnya Boeing 737 Max milik Lion Air pada 29 Oktober 2018 lalu.
Namun demikian, seperti di berbagai musibah penerbangan lainnya di masa lalu, dampak ke bisnis penerbangan itu sendiri biasanya tidak berlangsung lama. Bagaimanapun juga, moda transportasi udara tetap menjadi salah satu pilihan utama di dunia.
Kelebihan di aspek kecepatan dan efisiensi waktu tidak tergantikan. Setidaknya hingga saat ini di Indonesia dan di berbagai belahan lain di dunia.
Keunggulan ini hanya mungkin tidak terlalu signifikan di beberapa rute di Eropa, China dan Jepang. Pasalnya, di negara-negara ini tersedia opsi transportasi lain, yakni kereta api cepat, yang mampu menandingi efisiensi waktu yang ditawarkan pesawat terbang.
Coba kita tengok beberapa rute sibuk antar dua kota di Eropa yang masih bisa menggunakan moda transportasi kereta api cepat alias high-speed train.
Rute nan ramai di Spanyol, misalnya, antara Madrid - Barcelona. Atau juga, antara kota Paris, Prancis ke London, Inggris yang bisa menggunakan kereta api cepat. Dan di Jepang, antara Tokyo -- Osaka.
Di Spanyol tersedia kereta cepat AVE yang mampu melaju hingga 310 km/jam. Sedangkan rute Paris - London ada Eurostar dengan kecepatan rata-rata 300km/ jam. Jepang juga tidak mau kalah. Kereta Shinkansen yang melayani rute sibuk Tokyo - Osaka bisa melesat bak peluru pada kecepatan sampai 320 km/ jam. Ah, tapi itu kan di negara lain. Bagaimana kalau kita sendiri terpaksa harus menggunakan pesawat udara?
Hidup di negara kepulauan memang memiliki tantangan tersendiri. Rute antara Makassar - Jakarta bisa ditempuh dalam waktu 2.5 jam dengan pesawat udara.
Tetapi, di rute yang sama, memerlukan waktu lebih dari dua hari dengan kapal Pelni, seperti KM Umsini, dan lain-lain. Itupun tidak ada jadwal kapal setiap hari.
Jadi apapun yang telah terjadi, pilihan transportasi udara sepertinya akan selalu menjadi pilihan utama. Bahkan bagi sebagian orang, perjalanan naik pesawat terbang menjadi prioritas yang tidak tergantikan.
Tetapi, pada saat yang sama perjalanan udara itu juga menyimpan sejumlah keraguan bagi yang lain. Betul, naik pesawat seakan suatu tantangan nan sulit.