Lihat ke Halaman Asli

Tonny Syiariel

TERVERIFIKASI

Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Industri Aviasi Indonesia, Antara Pertumbuhan dan Keselamatan Penerbangan

Diperbarui: 23 Mei 2022   22:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sriwijaya Air. Sumber: Panji Anggono / www.flightradar24.com

Dunia aviasi tanah air kembali berduka di awal tahun 2021 ini. Pesawat komersial milik maskapai Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 mengalami kecelakaan sesaat setelah lepas landas dari bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.

Pasca kecelakaan pesawat jenis Boeing 737-500 ini, dunia aviasi Indonesia seketika kembali menjadi sorotan dunia. Bukan soal musibah SJ-182 saja, tetapi catatan buruk keselamatan penerbangan di Indonesia selama ini. 

Sementara itu, terkait musibah SJ-182, media arus utama di tanah air pun seakan ikut berlomba menjadi yang tercepat memberitakan apapun yang terkait dengan kecelakaan tersebut. Tidak jarang kita menyaksikan para nara sumber yang diundang terpaksa berulang kali menjelaskan bahwa semuanya masih harus menunggu hasil investigasi selesai. 

Dan sama seperti di semua kejadian sebelumnya, spekulasi penyebab kecelakaan juga ramai merebak di berbagai platform percakapan. Tetiba kita menemukan banyak analis penerbangan bermunculan. Ada yang berspekulasi karena cuaca buruk hingga usia pesawat yang sudah sangat tua.

Sudah tua? Betul. Pesawat itu sudah berusia 26 tahun. So what? Toh, tidak ada korelasi antara usia pesawat dengan kecelakaan pesawat, selama pesawat tersebut sudah diperkenankan untuk terbang. Ada prosedur pemeriksaan yang sangat ketat sebelum izin terbang diberikan. Jadi bukan soal usia tua atau muda. Tetapi, laik terbang atau tidak laik. Itu saja.

Sejatinya, pada setiap musibah kecelakaan pesawat, kita tidak akan pernah tahu penyebab utamanya sampai tim investigasi selesai melakukan penyelidikan menyeluruh. Dalam hal kecelakaan transportasi di Indonesia, investigasi untuk menemukan penyebab kecelakaan dilakukan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT).

Adalah bijak untuk menunggu sampai semua proses investigasi selesai. Analisa yang terburu-buru bisa sangat spekulatif. Dan bagi nara sumber terkenal atau tokoh nasional yang tidak hati-hati berkomentar, bisa saja opini pribadi mereka akan dijadikan berita oleh media yang hobi mencari sensasi.

Dalam proses investigasi itu, salah satu tahapan penting adalah harus ditemukan dulu black box atau kotak hitam, yang aslinya berwarna oranye. Dikutip dari situs "FlightRadar24", black box pesawat adalah suatu istilah populer yang merujuk pada komponen perekam data elektronik yang sangat dilindungi, yakni CVR (Cockpit Voice Recorder) dan FDR (Flight Data Recorder).

Black Box dari pesawat. Sumber: NTSB /www.theverge.com

Sebagai negara kepulauan yang sangat luas, transportasi udara di Indonesia memegang peranan sangat penting. Perkembangan industri ini juga maju pesat. Pada tahun 2017, pertumbuhan industri aviasi Indonesia bahkan diakui sebagai yang tercepat kedua di dunia setelah China.

Selain itu, IATA (International Air Transport Association) pun ikut memprediksi Indonesia akan menjadi pasar penerbangan udara terbesar ke-6 di dunia pada tahun 2034. Posisi di atasnya ditempati negara-negara dengan pasar besar lainnya, antara lain China, Amerika Serikat dan India. Fantastis bukan?

Akan tetapi, selain pertumbuhan signifikan di atas, ada banyak sekali isu keselamatan transportasi udara di tanah air yang harus mendapat perhatian serius Pemerintah. Profil Keselamatan Udara Indonesia yang yang tersaji di situs "Aviation Safety Network" membuat kita makin prihatin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline