Lihat ke Halaman Asli

Tonny Syiariel

TERVERIFIKASI

Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Kiat LCC Memangkas Biaya, Harga Tiket pun Bisa Murah

Diperbarui: 1 Oktober 2020   12:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Armada easyjet. Sumber: shutterstock/ www.flightglobal.com

Kisah Low Cost Carrier (LCC) atau Low Cost Airlines ternyata mengundang banyak pertanyaan kritis. Jika begitu murah, lalu bagaimana perawatan pesawatnya? Mungkinkah ada jadwal perawatan dikurangi? Boleh jadi armada yang digunakan adalah pesawat bekas? Apa saja layanan yang dihilangkan? Dan barangkali masih ada sejumlah pertanyaan lainnya yang tertahan di ujung jari. Belum diketik. :)

Baca juga: Fenomena "Low-Cost Carrier", dari Amerika hingga Indonesia

Di dunia aviasi Indonesia, setiap kejadian apapun terkait perusahaan penerbangan bertarif rendah selalu diikuti banyak analisa cerdas hingga sebatas spekulasi. Dari para ahli di berbagai acara gelar wicara, sampai diskusi seru di berbagai grup whatsapp. Beragam opini pun bertebaran.

Dari sekian banyak isu yang menjadi topik sentral, sepertinya dua hal yang paling kerap disorot. Harga yang dianggap terlalu murah sehingga abai perawatan, hingga anggapan armadanya yang rata-rata sudah terlalu tua. Harga murah karena pesawat tua seolah-olah menjadi hipotesis paling pas.

Akan tetapi, penulis beruntung pernah mendapatkan salah satu jimat yang dibagikan Kompasianer idola Khrisna Pabichara, yakni perlunya "Riset". Ada dua jimat lainnya yang tidak kalah esensial. Silakan baca di sini.

Menariknya, dari sebuah situs yang konsisten memperbarui database dunia penerbangan sipil, termasuk data pesawat dari ratusan maskapai penerbangan, ternyata sebagian persepsi itu tidak sepenuhnya benar. 

Fakta yang sama juga bisa diulik di statista.com. Kenyataannya, sebagian besar armada LCC justru masih tergolong berusia muda. Malah banyak yang masih gres, termasuk dari jajaran armada LCC di Indonesia.

Berdasarkan data yang dikutip www.planespotters.net serta dari situs masing-masing maskapai lainnya, mari sejenak kita lihat perbandingan usia rata-rata armada penerbangan terlampir.

Dokumen Olah Pribadi

Penulis sengaja gabungkan dalam tabel di atas, baik LCC maupun maskapai penerbangan besar lainnya (Full-Service Airlines). Dengan demikian, jelas sudah. Tidak ada korelasi langsung antara harga murah dan armada tua.

Situs statista.com dalam rilisnya bertajuk "Worldwide aircraft fleet Age by Region 2020-2030", mengungkap hasil senada. Tren usia pesawat, misalnya di pasar Amerika Utara, dari maskapai penerbangan tradisional atau Full-service Airlines rata-rata di atas 10 tahun. Sebaliknya, sebagian besar armada LCC masih berada di bawah 10 tahun.

Lagipula, dalam dunia penerbangan sejatinya tidak dikenal batas usia pesawat. Selama perawatan pesawat berjalan baik, maka pesawat tersebut tetap diijinkan terbang. Hakikatnya, pesawat terbang beroperasi bukan dinilai dari usianya, namun dinilai dari kelaikannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline