Lihat ke Halaman Asli

Tonny Syiariel

TERVERIFIKASI

Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Pulang Kampung, Perjalanan yang Selalu Dirindukan

Diperbarui: 21 September 2020   15:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kota Tobelo- Halmahera Utara. Sumber: koleksi pribadi

Lagu lawas dari Tom Jones, "Green Green Grass of Home" tiba-tiba masuk di salah satu grup percakapan Whatsapp. Meskipun liriknya tidak persis menggambarkan suasana kampungku, namun lagu ini setidaknya sukses membawa lamunanku terbang jauh ke kampung halamanku nun jauh di sana.

Kata orang, seindah-indahnya negeri orang, masih lebih indah negeri sendiri. Sebagus-bagusnya kota lain, masih lebih menawan kampung halaman sendiri. There's no place like hometown. Jangan bertanya mengapa. Ada suatu perasaan yang tidak memerlukan penjelasan. Ada sejuta kenangan yang betapa mungkin terlupakan.

Bagi sebagian perantau, pulang kampung alias pulkam adalah suatu ritual tahunan, baik mendekati Lebaran maupun jelang Natal dan akhir tahun. Tetapi, tidak semuanya punya kesempatan seperti itu. Boleh jadi karena faktor geografis yang terbentang terlalu jauh dan akses transportasi yang terbatas.

Bisa juga karena biaya perjalanan yang kadang begitu tega merobek tabungan. Satu hal yang pasti, sebagian teman-temanku di Jakarta tidak pernah bisa pulkam. Lahirnya di Jakarta dan jelas tidak punya kampung. Hmm, kecuali lahirnya di Kampung Ambon, Kampung Bali, Kampung Melayu, dll, yang semuanya juga masih di ibukota Jakarta.

Betapapun, selama memungkinkan, siapakah yang tidak suka pulang ke kampung? Baru rencana ke kampung saja, imajinasi kita sudah mendahului kita ke sana.

Senja di Tobelo - Halut. Sumber: koleksi pribadi

Cerita pulang kampung sangat universal. Tidak hanya di Indonesia, tapi juga di China, India, dan banyak negara Asia lainnya. Ada persamaan tradisi dan kultur, meskipun berada dalam zona waktu berbeda dan bentangan jarak yang begitu jauh. Tentunya periode pulkam nya berbeda satu dengan yang lain, disesuaikan dengan hari-hari libur besar yang panjang. 

Kini di tengah pandemi covid-19 yang belum mereda, rasa kangen akan kampung nan jauh di mata, tapi selalu dekat di hati, kembali menyeruak di antara begitu banyak 'rasa ingin' yang lain. Ah, sudah lama aku belum menengokmu lagi duhai kampungku nan jauh di timur.

Hasrat ini kian menggelora, ketika membaca berbagai artikel menarik dari banyak sahabat Kompasianer.  Dari sekitar danau Kerinci, pulau Sumbawa, Labuan Bajo, Lereng Merapi, hingga cerita seputar Halmahera yang kerap ditulis Kompasianer Fauji Yamin.

Lalu di mana kampungku?

Peta Pulau Halmahera. Sumber: www.indonesia-tourism.com

Jika terbiasa membuka aplikasi google map, ketik saja kata "Tobelo", pasti mesin pencari akan bergegas menunjukkannya dalam sepersekian detik. Beruntung zaman sekarang ada google map. Di buku-buku Atlas zaman dulu, nama kampungku, bahkan kota kecamatan tidak bakal ada di peta manapun.

Seiring pemekaran Provinsi Maluku dan akhirnya dibentuknya Provinsi Maluku Utara pada tahun 1999, maka status kota Tobelo pun ikut naik pangkat menjadi ibukota Kabupaten Halmahera Utara (Halut). Status Kabupaten Halmahera Utara sendiri baru ditetapkan pada tahun 2003.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline