Cerita balapan di dunia satwa ternyata telah berlangsung ratusan tahun lalu. Mulai dari balapan unta, kuda, anjing, burung unta, sapi dan lain-lain. Di Indonesia sendiri kita mungkin pernah dengar Pacuan Kuda di Bima dan Sumba, Karapan Sapi di Madura, Pacu Jawi di Sumbar. Dan kini, mari ikutin penulis mengenal Balapan Kerbau di Jembrana yang disebut Makepung.
Bagi yang kerap ke Bali sekalipun, nama Jembrana mungkin hanya sayup-sayup terdengar. Maklum saja, Bali lebih dikenal dengan kawasan pantai, danau dan desa wisata, seperti Kuta, Sanur, Kintamani, Ubud, dan seterusnya. Namun, berbeda bagi penyuka balapan satwa. Nama Kabupaten Jembrana seakan identik dengan Makepung.
Nama Jembrana ikut melambung seiring dengan kian populernya atraksi Makepung. Apalagi setiap perhelatan Makepung selalu dibanjiri ratusan hingga ribuan penonton, termasuk media, wisatawan maupun pehobi fotografi.
Ibukota Kabupaten di ujung barat Pulau Bali ini adalah Kecamatan Negara, yang terletak sekitar 95 km dari Denpasar. Dari ibukota provinsi Bali ini, Negara bisa dicapai dalam waktu sekitar 2.5 -- 3 jam dengan berkendara melalui rute Jl. Raya Denpasar -- Gilimanuk. Cukup jauh! Sehingga sangat disarankan untuk menginap di kota Negara, jika hendak menyaksikan Makepung yang biasanya dimulai pagi hari.
Nama Negara dan Jembrana mungkin lebih dikenal para pelintas Jawa - Bali lewat darat yang menyeberang dari Ketapang - Gilimanuk. Pasalnya, dari pelabuhan ini menuju Denpasar, pasti akan melewati Kecamatan Negara, Jembrana. Sebagian bus wisata rute Jawa - Bali Overland pun ada yang singgah di kota ini sejenak, meskipun hanya sekedar coffee stop.
Tradisi Makepung konon telah berlangsung sejak tahun 1930-an di Kabupaten Jembrana. Lalu, "Apa itu Makepung?" Begitulah pertanyaan yang muncul seketika, bila mendengar nama ajang balap kerbau ini.
Makepung berarti 'berkejar-kejaran' alias balapan dengan menggunakan dua ekor kerbau. Tradisi ini telah lama melekat di masyarakat agraris Bali, khususnya di wilayah Jembrana dan sekitarnya.
Ada dua jenis tradisi perlombaan di sini, yakni Makepung yang dilakukan untuk merayakan berakhirnya panen. Dan satunya lagi disebut Makepung Lampit untuk menandai dimulainya menanam padi.
Apa bedanya? Jika di Makepung, dua ekor kerbau itu menarik si joki yang naik sebuah gerobak. Lain lagi di Makepung Lampit. Di sini si joki menggunakan lampit, yaitu semacam alat untuk membajak sawah.
Tentunya ada perbedaan lainnya, misalnya arena dan trek yang digunakan, dll. Namun, kali ini mari fokus pada Makepung saja, yang penulis pernah saksikan dalam suatu perjalanan ke Jembrana beberapa tahun lalu.
Makepung ternyata begitu memikat banyak penonton, baik lokal maupun dari berbagai wilayah sekitarnya. Maklum saja, balapan ala Makepung memang sangat atraktif, menegangkan, dan sarat dengan adegan yang memicu adrenalin.